Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Filantropi yang Bukan Hanya Dilakukan oleh Individu

22 November 2018   11:56 Diperbarui: 23 November 2018   08:53 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Booth Freeport di FIFEST 2018 (dok Ronald Wan)

Dana tersebut antara lain digunakan untuk mendirikan Institut Pertambangan NEMANGKAWI yang telah mendidik sekitar 4000-an siswa magang. Sekitar 70 persennya diperkerjakan oleh PTFI dan kontraktornya.

Sampai akhir 2017 ada sekitar 6.600 kelompok usaha yang telah dibantu oleh PTFI dengan total dana bantuan yang mencapai Rp 233 miliar.

Kopi Amungme

Kopi Amungme (dok Ronald Wan)
Kopi Amungme (dok Ronald Wan)
Kopi yang mungkin boleh dibilang sangat keren. Banyak orang belum pernah naik helikopter namun kopi ini dikirim dari pegunungan dengan menggunakan helikopter. Sehingga jika dihitung harga jual yang sepadan adalah sekitar Rp 800 ribu -- Rp 1,2 juta per 250 gram. Mungkin mengalahkan kopi luwak.

Sayangnya karena produksi yang cukup sulit karena ditanam di pegunungan dengan ketinggian antara 2000-4000 meter dari permukaan laut dan luas lahan yang baru mencapai 10 hektar menyebabkan hasilnya hanya sedikit. Sehingga habis hanya untuk konsumsi PTFI saja dan tidak dijual umum.

Noken

Mama Menggunakan Mesin Tenun (dok Ronald Wan)
Mama Menggunakan Mesin Tenun (dok Ronald Wan)
Gambar di atas memperlihatkan bagaimana Mama-mama mendemonstrasikan penggunaan mesin tenun. Mesin tenun ini digunakan untuk mengolah kulit kayu antara lain kulit kayu melinjo untuk dijadikan benang.

Sebelumnya untuk bisa mengubah kulit kayu menjadi benang, mama Papua menggunakan cara tradisional. Dengan menggulirkan kulit kayu tersebut ke paha mereka, sebuah kegiatan yang cukup berat dan memakan waktu lama serta menyebabkan paha menjadi seperti menghitam.

Noken yang dibuat dengan pewarna alami (dok Ronald Wan)
Noken yang dibuat dengan pewarna alami (dok Ronald Wan)
Noken seperti di atas membutuhkan waktu produksi yang bisa mencapai dua bulan dari kulit kayu sehingga menjadi noken. Noken yang diwarnai dengan pewarna alami seperti daun jati dan suji ini, bisa diproduksi lebih cepat (sekitar satu bulan) dengan penggunaan mesin tenun.

Tujuan awal dari bantuan ini adalah untuk meningkatkan penghasilan mama-mama agar bisa memberikan gizi yang lebih baik untuk anak-anaknya. Cukup berhasil, penghasilan mereka bisa meningkat dari sebelumnya Rp 1 juta menjadi kurang lebih Rp 2 juta.

Topi dan Noken buatan mama Papua (dok Ronald Wan)
Topi dan Noken buatan mama Papua (dok Ronald Wan)
Menurut Lourensius Y. Wijayanto salah seorang instruktur dari Yayasan Niru Daya. Pengembangan mesin tenun ini butuh inovasi mengingat kebanyakan mesin tenun yang ada hanya bisa digunakan untuk bahan yang lebih lembut seperti kapas, sutera dan wool.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun