Setelah Jokowi mengunjungi istri almarhum Gus Dur, Ibu Sinta Nuriyah Wahid. Semua calon presiden dan wakil presiden juga mengunjungi beliau. Dimulai dari Sandiaga , Prabowo dan terakahir KH Ma'ruf Amin.
Setelah berkunjung mulai muncul klaim dari kubu Prabowo Sandi bahwa Yenny Wahid memberikan dukungan kepada mereka. Bahkan Sandiaga mengatakan bahwa Yenny sudah menyetor dua belas nama untuk masuk ke tim sukses.
Klaim yang langsung dibantah oleh Yenny melalui pesan singkat yang dikirimkan kepada Kompas.com.
Kemarin Yenny Wahid menyatakan dukungan kepada calon 01 Jokowi-Ma'ruf Amin.
Mengutip Tempo.com "Kedekatan dengan rakyat hanya bisa dibangun ketika seorang pemimpin mampu berfikir sederhana. Bahwa tugasnya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menghadirkan keadilan dan kesetaraaan," ujar Yenny.
Menurut Yenny bangsa ini sedang susah. Karena itu pemimpin yang dicari adalah orang yang mau ikut gerah. "Pemimpin yang kami rindu adalah pemimpin yang mendengar nurani rakyat. Pemimpin yang tidak berjarak dengan masyarakat. Pemimpin yang tidak canggung memeluk warga dan bersama mereka berbaur dan berbagi aroma keringat," ujar Yenny Wahid.
"Dua-duanya berfikir dan bertindak sederhana, namun kaya dalam karya. Oleh karena itu, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, dengan ini kami menyatakan mendukung pasangan No. 01. Bismiillah Presiden Jokowi akan kembali memimpin Indonesia," ujar Yenny Wahid menutup pidatonya.
Apakah ini alasan satu-satunya? Saya pikir tidak.
Dalam sebuah acara Mata Najwa yang berjudul Drama Orang Kedua. Yenny dalam salah satu segmen mengatakan kepada Direktur Pencapresan PKS, Suhud Aliynudin
"Yang memulai SARA salah satunya adalah PKS, jadi PKS harus bertanggung jawab" tegas Yenny Wahid.
Gus Dur adalah tokoh yang mengedepankan keadilan, toleransi dan persatuan Indonesia. Yenny Wahid sebagai putrinya tentu saja mendalami apa yang diajarkan oleh Gus Dur. Sehingga kalau boleh disimpulkan tidak suka dengan politisasi SARA yang terutama sangat terlihat di Pilkada DKI 2017.
Mungkin ini adalah alasan lain yang menjadi pertimbangan Yenny untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, atau malah alasan utama?
**
Di sisi lain dengan segala loyalitas dan kerja keras PKS dalam memenangkan Pilkada DKI, usaha untuk mendapatkan posisi wakil gubernur yang ditinggalkan Sandi belumlah terlihat titik terang.
Dimulai dengan M Taufik yang walaupun eks napi koruptor tetapi merasa sangat percaya diri akan didukung Gerindra untuk mendapatkan posisi wagub. Namun mungkin melihat penolakan publik Gerindra mengajukan Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo yang notabene keponakan Prabowo sebagai calon wagub.
Apakah ini berarti PKS lagi-lagi akan makan angin? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
PKS sampai saat ini masih loyal dan mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Bisa dilihat dari penyematan gelar ulama untuk Sandi oleh Hidayat Nur Wahid, walau kemudian dikatakan bahwa Sandi bisa dibilang ulama karena keahliannya di bidang ekonomi bukan agama.
Mungkinkah penyebutan ulama ini untuk mengurangi kekecewaan akar rumput PKS karena pilihan wapres Prabowo bukan ulama? Mari kita tunggu hasil perolehan suara PKS di 2019.
Salam
Hanya Sekadar Berpikir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H