Sebuah pendapat yang bagus namun masih bisa diperdebatkan. Pembangunan infrastruktur dewasa ini telah menggunakan teknologi yang maju. Sehingga harus diakui bahwa penyerapan tenaga kerja yang tidak sebanyak dulu menyebabkan efek ekonominya tidak bisa instan. Masih membutuhkan investasi lanjutan yang seharusnya dilakukan swasta.
Namun di sisi lain, Indonesia sangat tertinggal dalam pembangunan infrastruktur. Tidak usah membandingkan dengan China, dibandingkan dengan Vietnam saja kita sudah tertinggal. Saya pernah ke Vietnam, jalan ke luar kota itu lebih besar jika dibandingkan dengan Indonesia.
Terlambatnya pembangunan infrastruktur juga bisa menyebabkan naiknya biaya pembangunan. Sebagai contoh MRT Jakarta jika dilakukan sejak sebelum Jokowi mungkin biaya untuk pembebasan tanah tidak akan semahal sekarang.
Pembangunan jalan tol layang Cikampek yang terlambat juga menyebabkan kemacetan parah di jalan tol tersebut setiap harinya (berapa biaya ekonomi akibat kemacetan tersebut?). Ditambah dengan sudah ramainya tol Jakarta Cikampek pembangunan semakin sulit dan menyebabkan macet yang lebih parah.
Persoalan pertumbuhan ekonomi yang melambat, menurut pendapat saya adalah karena harga komoditas yang menurun. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di zaman SBY salah satu faktor utamanya adalah harga komoditas yang tinggi.
Indonesia sampai saat ini masih mengandalkan ekspor komoditas yang bernilai tambah rendah. Hal ini adalah salah satu hal yang perlu diperbaiki.
Infrastruktur yang tidak terlalu dibutuhkan
Sebuah pertanyaan bagi saya, manakah yang disebut infrastruktur yang belum terlalu dibutuhkan?
Apakah jalan trans Papua? Atau jalan tol di Sumatra? Bendungan di Nusa Tenggara? Jalan di perbatasan? Listrik di pedesaan?
Kita harus ingat bahwa Indonesia bukanlah hanya Jawa. Pembangunan Jawa Sentris tidaklah mencerminkan "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Terlebih lagi luar Jawa telah menyumbang begitu banyak dari hasil komoditas.
**