Sebuah berita Reuters pada tanggal 14 September 2018 semakin menunjukkan bahwa China mengandalkan serangan sayap. China mengundang para praktisi Wall Street untuk memberikan saran bagaimana cara meningkatkan hubungan dagang dengan AS.
Selain itu para undangan juga diminta untuk memberikan usulan, bagaimana China bisa lebih membuka pasar keuangan agar sesuai dengan keinginan para pemangku kepentingan.
 Informasi tentang undangan ini diperoleh dari sumber Reuters yang tidak mau disebutkan namanya, karena sebenarnya pertemuan ini adalah pertemuan tertutup.
Diperkirakan ada  perwakilan dari Citigroup, Goldman Sachs, JPMorgan dan Morgan Stanley yang akan hadir dalam pertemuan ini. Perwakilan ini merupakan perwakilan dari perusahaan-perusahaan investasi kelas dunia.
**
Sebuah strategi yang bagus menurut saya. Memanfaatkan kelemahan Trump yang melakukan perang di semua sektor termasuk ke sekutunya.
Di sisi lain pengusaha AS juga sudah mulai gerah dengan perang dagang. Korban sudah terlihat terutama di bidang pertanian kedelai yang mengandalkan China sebagai pembeli terbesar panen mereka. Baca "Pengusaha AS melawan Trump"
Di tambah dengan tekanan politik yang bukan saja terjadi akibat penyelidikan campur tangan Rusia di pilpres. Namun juga terlihat adanya perlawanan atau minimal ketidaksukaan staf gedung putih terhadap Trump.
Mengutip Bloomberg pemerintahan Trump baru saja mengumumkan tarif baru sebesar 10% bagi sekitar US$ 200 miliar yang mulai berlaku mulai tanggal 24 September 2018. Tarif ini baru akan meningkat menjadi 25% di tahun 2019.
Sebuah kesempatan bagi Indonesia, karena tarif baru akan dilipatgandakan tahun 2019 adalah untuk memberikan kesempatan pengusaha AS mencari alternatif tempat produksi baru.