Perang dagang terus naik eskalasinya. China yang dipimpin oleh Xi Jinping kelihatannya tidak akan menyerah terhadap tekanan AS. Walaupun sekarang ini terlihat hanya bertahan namun sebenarnya tidak.
Sejak awal gonjang ganjing perdagangan dunia dan Trump terus memberikan ancaman serta tekanan terhadap banyak negara, termasuk sekutunya. Terakhir ancaman terhadap Jepang yang merupakan salah satu sekutu setia AS.
Baca "Senjata Perang Dagang China"
China secara halus sebenarnya melakukan perlawanan namun memang tidak melakukan serangan langsung kepada AS. Walaupun tetap membalas terhadap semua tarif AS yang ditujukan kepada barang impor asal China.
Pertama kali yang dilakukan China adalah berusaha mendekati Uni Eropa. Mencoba memberikan konsesi lebih bagus dan berjanji akan membuka pasar China untuk Uni Eropa. Namun tidak terlalu berhasil.
Pendekatan kepada Inggris terlihat cukup berhasil dengan adanya kesepakatan untuk melihat kemungkinan perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif antar dua negara. Hal ini dikatakan oleh menteri perdagangan China setelah bertemu dengan menteri perdagangan Inggris Liam Fox pada medio Agustus 2018. Reuters.
Inggris saat ini dalam proses untuk keluar dari Uni Eropa. Sehingga memang ada kepentingan untuk membuka pasar yang lebih luas demi mengurangi dampak negatif Brexit.
Pendekatan ke negara-negara Afrika juga terus dilanjutkan. Mungkin China berharap bisa mengalihkan sebagian kapasitas ekspornya ke Afrika.
Saat ini lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia adalah Asia dengan China dan India yang menjadi penarik utama. Namun dunia selalu berubah, pada awalnya ekonomi dunia berpusat di Eropa, kemudian ke Amerika Serikat dan sekarang ini Asia.
Tidak tertutup kemungkinan suatu saat ekonomi dunia akan berpusat di Afrika. Salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia berasal dari Afrika yaitu Ethiopia yang berhasil tumbuh sebesar 9,8% secara rata-rata tahun 2008-2017.
Semua ini menunjukkan perlawanan China yang mengandalkan serangan sayap.