Mardani Ali Sera mengatakan, "Tagar ini (2019GantiPresiden) akan mati ketika harga telur Rp 11.000, harga daging Rp 50.000, harga listrik murah. Karena ketidakpuasan sama pemerintah tinggi tagar ini naik. Tapi kalau kepuasan terhadap pemerintah tinggi tagar ini enggak ada, hilang dengan sendirinya," Kompas.com
Hal ini dinyatakan pada saat Kompas menanyakan tanggapan Mardani tentang pengadangan deklarasi atas tagar tersebut.
Di kesempatan lain mengutip CNN.com, Mardani mengatakan bahwa gerakan tagar ganti presiden akan membuat kontrak politik dengan Prabowo. Karena sekarang ini gerakan ganti presiden belum memutuskan dukungan kepada Prabowo Sandi.
Isi dari kontrak politik itu adalah  "Kami lagi buat. Contohnya emak-emak, kan, gampang. Pokoknya, kalau Pak Prabowo jadi harga telur Rp11 ribu. Gitu, loh, yang riil. Kalau Pak Prabowo jadi, listrik 2.000 (watt) ke bawah disubsidi. Kalau Pak Prabowo jadi, sekolah gratis sampai ke sepatu, tas, pakaiannya," kata Mardani.
Cuma sayangnya sampai sekarang tidak ada pernyataan bagaimana hal itu bisa diwujudkan.
Apakah Mungkin Terwujud?
Menurut Athung, Sekjen Pinsar Petelur Nasional seperti dikutip dari Kumparan (24/7/2018), biaya produksi telur per kilogram adalah sebesar Rp. 19 ribu. Sedangkan Mardani ingin pemerintah membuat harga jual telur ayam sebesar Rp. 11 ribu.
Apakah peternak harus jual rugi?
Harga sapi hidup di tingkat peternak adalah menurut Nanang Purus Subendro seorang peternak sapi di Lampung kepada bisnis.com (29 Mei 2017) adalah Rp. 45 ribu per kilogram. Menurut Nanang dengan harga sebesar itu peternak cuma untung sedikit. Mardani menginginkan harga daging di angka Rp 50 ribu per kg.
Yang harus diketahui adalah bahwa dari sapi hidup hanya bisa diperoleh daging kualitas bagus yang bisa dijual dengan harga tinggi adalah sekitar 40%. Hal ini disampaikan oleh Ferry Kurniawan seorang pengusaha penggemukan sapi dalam diskusi di Smesco (detik 5 Juni 2017).
Jadi misalnya sapi hidup seberat 300 kg hanya bisa menghasilkan daging dengan harga tinggi sebesar 120 kg. Bagaimana mungkin bisa dijual dengan harga Rp 50 ribu per kg?