Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Dollar AS Menguat atau Rupiah yang Melemah?

3 September 2018   09:58 Diperbarui: 3 September 2018   10:02 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rupiah sedang mengalami tekanan yang bertubi tubi. Nilai tukar Rupiah melemah dan Dollar AS menguat. Hingga sampai dengan Jumat 31 Agustus 2018, Rupiah berada di posisi Rp 14.710 per satu dollar AS (Bloomberg).

Pertanyaan yang menggelitik adalah apakah Rupiah melemah atau dollar yang menguat?

Dollar AS menguat

Tidak bisa dipungkiri bahwa memang dollar AS sedang mengalami penguatan terhadap hampir seluruh mata uang dunia. 

Ada beberapa penyebab:

Suku bunga Amerika Serikat yang terus ditingkatkan secara agresif. Hal ini menyebabkan investor yang tadinya menanamkan uangnya di luar negeri, pulang kampung. Karena risiko investasi di AS lebih rendah dengan bunga yang mulai meningkat.

Quantitative Tightening, jika sebelumnya The Fed melakukan kebijakan quantitative easing yang dimana mereka membeli surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah AS dan bank dengan tujuan menambah uang beredar dengan bunga yang murah.

Sekarang ini kebijakan ini dibalik, setiap surat utang yang jatuh tempo uangnya ditarik kembali dan tidak dibelikan lagi surat utang baru. Ini menyebabkan likuiditas atau jumlah dollar AS yang beredar berkurang dan menyebabkan hukum permintaan penawaran berlaku. Sehingga dollar AS menguat jika dibandingkan dengan mata uang lain.

Turunnya Tarif Pajak AS, banyak uang perusahaan AS yang ada di luar negeri kembali ke AS. Kembali hal ini menyebabkan berkurangnya dollar AS yang beredar di luar AS.

Donald Trump, berhasilnya Trump menjadi presiden AS menjungkir-balikkan semua yang tadinya dianggap normal.

Perang dagang dimulai dan bukan hanya terhadap China tetapi ditujukan kepada semua negara termasuk ke sekutu AS yang biasanya sangat erat hubungannya. Ini hanya salah satu hasil Donald Trump, cara menyampaikan sesuatu lewat Twitter juga membuat orang terkaget-kaget.

Pada akhirnya hampir seluruh dunia keuangan menganggap adanya ketidakpastian baru, baik perang dagang dan cara memerintah Trump yang sulit ditebak arahnya. Sebuah ketidakpastian yang harus dimitigasi dengan menanamkan uang ke Save Haven (AS).

Menanamkan uang ke surat utang pemerintah AS boleh dibilang sangat aman. Kemungkinan gagal bayar kecil. Jika pemerintah AS tidak sanggup membayar, maka The Fed bisa saja mencetak uang yang nilainya tetap satu dollar untuk melunasi. Walaupun tentunya tidak seserdahana ini prosesnya. Baca"Sejarah USD menjadi Mata Uang Dunia"

Kejadian yang membuat dollar AS menguat, tidak ada yang bisa dikendalikan oleh pemerintah Indonesia.

Rupiah Melemah

Selain dollar AS yang menguat, Indonesia juga dihadapkan kepada kenyataan Rupiah yang melemah. 

Apa saja penyebabnya?

Neraca Perdagangan yang defisit, hal utama yang menyebabkan defisit neraca perdagangan semakin besar adalah harga minyak yang melambung tinggi.

Indonesia sekarang ini sudah menjadi net impotir minyak bumi. Dengan kebutuhan sebanyak 1,6 juta barrel per hari dan produksi sekitar 750 ribu barrel per hari (2018). Berarti setiap hari Indonesia harus mengimpor minyak sebanyak 800 ribu barrel.

Setiap kenaikan minyak sebanyak US$ 10 maka kebutuhan dollar akan bertambah sebanyak US$ 8.000.000 (delapan juta dollar AS) per hari. Per bulan tambahannya adalah US$ 240 juta, padahal kenaikan harga minyak jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu kurang lebih sebesar US$ 30 per barrel.

Selain itu masih banyaknya industri yang masih impor bahan bakunya. Bayangkan industri farmasi masih mengimpor 90% bahan baku. Sedangkan tidak semua produknya diekspor.

Defisit Transaksi Berjalan, Neraca perdagangan adalah bagian dari transaksi berjalan selain itu juga pembayaran dividen, pembayaran utang dan lainnya. Sehingga defisit neraca perdagangan akan menambah berat neraca transaksi berjalan yang sekarang ini setara dengan 3% PDB dengan jumlah sekitar US$ 8 miliar.

Spekulan, kelemahan Indonesia di atas akan menarik spekulan yang ingin mengambil untung dari pelemahan Rupiah (spekulan kelas dunia, mungkin masih ingat dengan George Sorros tahun 1998)

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia juga banyak orang yang ingin melindungi kekayaannya dengan membeli dollar AS atau mata uang asing lainnya. Selain juga ingin mendapatkan keuntungan dari pelemahan Rupiah.

************

Saat ini dollar memang sedang menguat tetapi juga Rupiah sedang mengalami pelemahan. Keduanya menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami tekanan dan turun sekitar 8,52% sejak awal tahun (Bloomberg, per Jumat 31 Agustus 2018).

Dan jika dibandingkan dengan Ringgit Malaysia dan Dollar Singapura mengalami pelemahan yang lebih besar. Namun masih lebih baik jika dibandingan dengan India, Turki dan Argentina, apalagi Venezuela.

Ekonomi Indonesia masih bertumbuh 5,2% di kuartal dua 2018, inflasi masih terjaga di kisaran 3,5% dengan cadangan devisa sekitar US$ 118 miliar.

Janganlah dibandingkan dengan Argentina yang ekonominya kontraksi alias minus, Baca"Mengapa Krisis Argentina Bisa Terjadi" dan inflasi di atas 30%.

Atau juga dengan Turki yang inflasinya mencapai sekitar 15% dengan utang jangka pendeknya yang mencapai US$ 181 miliar miliar. Baca"Mengapa Lira Turki Ambruk"

Kedua negara Argentina dan Turki mengalami pelemahan yang dalam salah satunya adalah akibat campur tangan pemerintah ke bank sentral yang seharusnya independen. Sehingga menurunkan kepercayaan investor.

Tetapi bukan berarti Indonesia bisa leha-leha. Kewaspadaan dan tindakan seperti Bank Indonesia meningkatkan suku bunga serta pemerintah yang akan membatasi impor. Juga mengevaluasi proyek infrastruktur adalah hal yang tepat.

Selain itu pemerintah memberlakukan B20 untuk solar yang diharapkan bisa mengurangi impor minyak. Industri wisata juga coba terus diperkuat untuk mendapatkan devisa.

Secara alamiah pelemahan rupiah juga bisa menurunkan minat impor terutama impor barang konsumsi. Karena sulit untuk menjualnya dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan biasanya.

Saya yakin Indonesia akan bisa melewati semua goncangan ini dengan selamat.

Tulisan ini sudah pernah ditayangkan di situs pribadi penulis

***

Salam

Hanya sekadar berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun