Pada akhirnya hampir seluruh dunia keuangan menganggap adanya ketidakpastian baru, baik perang dagang dan cara memerintah Trump yang sulit ditebak arahnya. Sebuah ketidakpastian yang harus dimitigasi dengan menanamkan uang ke Save Haven (AS).
Menanamkan uang ke surat utang pemerintah AS boleh dibilang sangat aman. Kemungkinan gagal bayar kecil. Jika pemerintah AS tidak sanggup membayar, maka The Fed bisa saja mencetak uang yang nilainya tetap satu dollar untuk melunasi. Walaupun tentunya tidak seserdahana ini prosesnya. Baca"Sejarah USD menjadi Mata Uang Dunia"
Kejadian yang membuat dollar AS menguat, tidak ada yang bisa dikendalikan oleh pemerintah Indonesia.
Rupiah Melemah
Selain dollar AS yang menguat, Indonesia juga dihadapkan kepada kenyataan Rupiah yang melemah.Â
Apa saja penyebabnya?
Neraca Perdagangan yang defisit, hal utama yang menyebabkan defisit neraca perdagangan semakin besar adalah harga minyak yang melambung tinggi.
Indonesia sekarang ini sudah menjadi net impotir minyak bumi. Dengan kebutuhan sebanyak 1,6 juta barrel per hari dan produksi sekitar 750 ribu barrel per hari (2018). Berarti setiap hari Indonesia harus mengimpor minyak sebanyak 800 ribu barrel.
Setiap kenaikan minyak sebanyak US$ 10 maka kebutuhan dollar akan bertambah sebanyak US$ 8.000.000 (delapan juta dollar AS) per hari. Per bulan tambahannya adalah US$ 240 juta, padahal kenaikan harga minyak jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu kurang lebih sebesar US$ 30 per barrel.
Selain itu masih banyaknya industri yang masih impor bahan bakunya. Bayangkan industri farmasi masih mengimpor 90% bahan baku. Sedangkan tidak semua produknya diekspor.
Defisit Transaksi Berjalan, Neraca perdagangan adalah bagian dari transaksi berjalan selain itu juga pembayaran dividen, pembayaran utang dan lainnya. Sehingga defisit neraca perdagangan akan menambah berat neraca transaksi berjalan yang sekarang ini setara dengan 3% PDB dengan jumlah sekitar US$ 8 miliar.