Pengelolaan sebuah negara tidak lepas dari politik. Tidak peduli apakah sistem negara tersebut demokratis atau sistem negara yang bisa disebut komunis seperti China walaupun tidak murni lagi.
Salah satu arti kata politik menurut kamus Merriam Webster adalah seni atau ilmu dalam mengelola pemerintahan.
Tetapi kita juga tahu bahwa politik juga berlaku di lingkungan yang lebih kecil seperti perusahaan atau bahkan keluarga.
Bagi pelaku ekonomi, politik adalah salah satu faktor dalam mempertimbangkan sebuah keputusan. Karena suka atau tidak suka pengelola pemerintahan adalah lembaga yang akan membuat kebijakan baik yang secara langsung ataupun tidak langsung mengatur tentang ekonomi.
Di Indonesia lembaga ini adalah Presiden dan DPR atau dalam skala lebih kecil Pimpinan Daerah dan DPRD.
Demi untuk dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, di Amerika Serikat bahkan ada sebuah profesi yaitu Pelobi (Lobyist). Jasa para pelobi ini bukan hanya digunakan oleh perusahaan namun juga LSM (isu lingkungan misalnya) bahkan negara. Baca "Bisnis Lobi di AS".
Bahkan saya melihat bukan hanya menggunakan lobi. Tidak bisa dipungkiri ada cara-cara lain yang juga akan digunakan dalam mempengaruhi isu politik oleh pelaku ekonomi. Baca "Politik dilihat dari kacamata Ekonomi"
Selain kebijakan, suhu politik juga akan berpengaruh terhadap ekonomi. Tingkat keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan investasi misalnya, akan berkurang jika suhu ekonomi dianggap panas.
Kalau melihat ke belakang, sejak tahun 2014 suhu politik memang boleh dibilang terus menerus panas. Awal pemerintahan Jokowi, terjadi perebutan kekuasaan di DPR sehingga akhirnya partai pemenang pemilu tidak mendapatkan kursi pimpinan.
Puncaknya adalah di Pilkada DKI 2017, isu SARA begitu kencang dimainkan. Sampai orang yang sudah meninggal juga diajak untuk berpolitik.
Bagi pelaku ekonomi ini adalah hal yang menimbulkan kekhawatiran. Terlebih bagi investor asing dan pelaku ekonomi yang tidak tinggal di Jakarta. Melihat di tv demo-demo yang terjadi walaupun pilkada sudah berakhir, bisa jadi membayangkan kejadian yang lebih parah dibandingkan dengan penduduk Jakarta.