Dalam sebuah diskusi Indef tentang utang Indonesia di Jakarta, Rabu 21 Maret 2018. Peneliti Indef Rizal Taufikurahman memberikan contoh Zimbabwe sebagai negara yang gagal bayar.
Mengutip Kompas.com, Rizal mengatakan Zimbabwe adalah salah satu negara di selatan Afrika. Negara ini terkenal dengan pariwisata aneka satwa liarnya. Pada 2016, negara ini memiliki GDP per kapita 1.008 dollar AS. Menurut Rizal, Zimbabwe menelan pil pahit karena gagal membayar utang sebesar 40 juta dollar AS kepada China.
Dalam kasus tersebut, Zimbabwe tak mampu membayarkan utangnya kepada China, hingga akhirnya harus mengganti mata uangnya menjadi mata uang China atau Yuan sebagai imbalan penghapusan utang. Penggantian mata uang itu berlaku sejak 1 Januari 2016, setelah Zimbabwe tidak mampu membayar utang jatuh tempo pada akhir Desember 2015.
Benarkah?
Zimbabwe sejak tahun 1980 dipimpin oleh Robert Mugabe sebelum akhirnya diturunkan pada tahun 2017. Menurut The Economist, Mugabe mulai melakukan kesalahan besar dalam menjalankan pemerintahannya sejak tahun 2000.
Pada tahun itu Mugabe mulai menjalankan reformasi pertanahan. Di mana dalam program ini, pemerintahan Zimbabwe mengambil alih usaha pertanian dari warga berkulit putih. Usaha pertanian ini dialihkan kepada warga lokal yang kurang memiliki pengalaman dan keahlian dalam mengelola pertanian.
Lebih parahnya lagi, pemilihan warga lokal yang mendapatkan lahan ini tidaklah sesuai dengan kemampuan. Melainkan lebih kepada koneksi, atau seberapa dekat sang warga dengan Mugabe. Pertanian yang tadinya menjadi penggerak ekonomi dan ekspor menjadi hancur.
Keterlibatan Zimbabwe pada perang saudara di Kongo menambah hancur keadaan. Untuk mengatasi krisis ini, pemerintahan Zimbabwe mencetak uang tambahan. Uang ini digunakan untuk membayar utang dan memberikan kompensasi kepada veteran perang.
Akibat pencetakan uang yang tidak terkendali, terjadilah hyperinflasi. Pada tahun 2008, Zimbabwe sempat mengalami inflasi sebesar 231.000.000% (dua ratus tiga puluh satu juta persen).
Untuk mengatasi hiperinflasi pada tahun 2009, Zimbabwe memutuskan untuk merubah sistem mata uangnya dengan melegalkan beberapa mata uang asing. Seperti USD dan Rand (mata uang Afrika Selatan) yang menjadi mata uang resmi di Zimbabwe. Tahun 2009 pemerintah Zimbabwe terpaksa tidak lagi menggunakan mata uang dollar Zimbabwe, karena hampir tidak memiliki nilai lagi.
Tahun 2015 dalam rangka meningkatkan kerjasama dengan China dan juga penghapusan utang senilai USD 40 juta. Zimbabwa menambahkan Yuan sebagai salah satu mata uang resmi di negaranya. Selain USD dan Rand yang telah lebih dahulu menjadi mata uang resmi.