Perkembangan teknologi digital tidak akan bisa dibendung. Dalam menghadapi perkembangan ini banyak sekali pengusaha yang mengatakan bahwa bisnisnya berkurang karena dimakan oleh teknologi digital.
Suatu era pasti akan berakhir. Tidak ada era atau tren yang bisa bertahan selamanya. Pada awal perkembangan di Indonesia, daya tarik pasar tradisional kalah dengan Supermarket dan Departemen Store. Namun sekarang menariknya, dengan banyaknya pasar tradisional yang diperbaharui. Mulai terjadi perpindahan balik ke pasar tradisional.
Pasar tradisional yang bersih dan teratur menarik orang untuk berbelanja. Coba perhatikan pasar tradisional di perumahan-perumahan, sangat ramai di akhir minggu.
Teknologi digital yang semakin maju membuat orang bisa membuka toko di dunia maya. Dengan biaya yang jauh lebih murah.
Stok barang tidak perlu banyak, toh hanya foto yang ditampilkan. Tidak perlu sewa tempat yang memakan biaya yang cukup mahal. Karyawan juga tidak perlu sebanyak jika membuka toko fisik. Pada akhirnya harga bisa ditekan.
Perkembangan ini juga terjadi di Indonesia. Mengutip Tempo.co prediksi transaksi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2020 bisa mencapai Rp. 1.759 triliun.
Mengapa?
Selain dari jumlah penduduk Indonesia yang besar. Demografi Indonesia juga akan dipenuhi oleh orang-orang yang berusia semakin muda. Pada tahun 2020 menurut data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, penduduk Indonesia yang berusia antara 20-44 tahun (usia yang saya anggap paling memiliki uang untuk berbelanja dan mampu menggunakan internet) adalah sekitar 103 juta jiwa atau sekitar 38% dari perkiraan jumlah penduduk tahun 2020 yaitu  271 juta jiwa.
Hal ini ditambah dengan semakin bagusnya koneksi internet dan semakin murahnya harga ponsel pintar membuat saya percaya bahwa perdagangan digital akan semakin masif.
Memang tidak mudah bagi pengusaha yang biasanya berjualan di pasar untuk beralih ke perdagangan digital. Kesulitan utama adalah gagap teknologi.
Namun menarik ucapan Fransisca Krisantia Nugraha, General Trade Partnership Blibli.com di seminar Asosiasi Mainan Indonesia. Beliau mengatakan walaupun sekarang sebenarnya perdagangan digital masih sangat kecil bila dibandingkan dengan perdagangan konvensional. Jika Anda tidak mulai atau mulai berjualan di perdagangan digital maka kompetitor Anda yang akan mengisi slot tersebut.