Sebagai seorang yang masuk dalam generasi X, mungkin boleh dibilang sebuah generasi yang mempunyai pengalaman lengkap tentang perkembangan teknologi.
Masa kecil dalam usia sekolah dasar, untuk menelepon saja sangat sulit. Era dimana wartel (warung telekomunikasi) belum ada. Hanya segelintir orang yang mampu dan memiliki sambungan telepon di rumahnya.
Meningkat ke masa sekolah menengah pertama, untuk bisa berkumpul dengan teman-teman yah caranya mengatur waktu kumpul di sekolah. Jika tidak biasanya ada yang saling menjemput menggunakan sepeda.
Sekolah menengah atas kalau tidak salah ingat wartel mulai berkembang dan semakin banyak orang yang memiliki sambungan telepon rumah serta semakin banyak telepon umum.
Kuliah, mulai menggunakan pager dibelikan oleh kakak ipar. Biar mudah dihubungi jika diperlukan katanya.
Komputer mulai kenal di masa SMA, dengan bahasa basic. Kemudian meningkat ke lotus dan word star yang harus menggunakan disket dengan kemampuan penyimpanan sangat rendah (sekitar 360 kilo byte). Hard disk masih sangat mahal dengan kemampuan simpan hanya berkisar mega byte.
Selesai kuliah dan bekerja, masih menggunakan lotus dan wordstar namun sudah lebih canggih karena komputer kantor menggunakan hard disk.
Beberapa tahun bekerja bisa membeli handphone dengan SIM Card yang harganya kalau nggak salah sekitar Rp 150 rb tanpa pulsa. Komputer semakin berkembang dan mulai menggunakan Windows serta mouse.
Sekarang semuanya tergabung di smartphone. Setiap waktu grup kerja akan sering berbunyi, Â siang, malam atau pun akhir minggu.
Tanpa henti.
Saya sendiri waktu masih aktif di kantor, merindukan masa dimana begitu selesai bekerja berarti sudah putus komunikasi dengan kantor. Kecuali ada hal yang sangat mendesak dan dihubungi lewat telepon.
Pulang bisa beristirahat dengan tenang tanpa ada notifikasi yang mengganggu.
Zaman sekarang saya pikir tidak bisa, setiap saat atasan atau teman kerja akan mengirim pesan. Menanyakan ini itu.
Tekanan yang semakin berat dan tiada henti.
Pertanyaannya, apakah hal ini hanya dirasakan oleh generasi X atau malah hanya saya saja?
Bagaimana dengan generasi milenial yang memang digital native?
Apakah tidak terganggu dengan hal ini?
Saya pikir seharusnya memang sekali-sekali kita memutuskan hubungan dengan pekerjaan dan menikmati "me time"
Salam
Hanya Sekadar Berpikir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H