Diperkirakan manusia mulai mengembangkan kemampuan lari jarak jauh sekitar 2,6 juta tahun yang lalu. Kemungkinan untuk memburu binatang.
Lari sendiri sebenarnya adalah olah raga yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak perlu alat khusus dan sebuah tempat khusus untuk dapat melakukan olah raga ini. Tanpa sepatu pun jika memang mau, lari bisa dilakukan.
Pada saat kita berlari otak akan mengeluarkan hormon endorphin. Endorphin diketahui dapat menimbulkan efek kesenangan sehingga dengan berlari kita dapat mengurangi stress. Selain itu Endorphin juga dapat mengurangi efek cepat tua serta meningkatkan imunitas tubuh.
Lari dapat membakar sekitar 100 kalori per mil (1,6 km), meningkatkan elastisitas pembuluh darah, memperkuat otot dan tulang serta menurunkan tekanan darah.
Mungkin alasan ini yang menjadikan lari menjadi gaya hidup terutama di kota besar.
Lomba lari akhir-akhir ini banyak diselenggarakan.
Demi mengikuti lomba, beberapa pelari tidak ragu untuk menyewa pelatih yang biayanya bisa mencapai Rp 150 ribu sampai dengan Rp 500 ribu per sesi latihan.
Dalam mengikuti lomba lari bukan hanya pelatih, peralatan lari pun menjadi hal yang penting bagi beberapa orang. Sepatu yang berharga jutaan rupiah, celana lari jenis compression untuk mencegah cedera serta kaus lari yang senada.
Kacamata, jam tangan khusus, earphone juga tidak ketinggalan dengan kecanggihan dan kekinian. Yang tentunya berharga cukup mahal.
Apakah salah?
Saya pikir tidak, selama memang mampu dan juga bisa menggairahkan semangat untuk terus berolah raga lari tidak ada yang salah.