Dalam percakapan sehari-hari, kita sangat sering menggunakan kata maaf. Excuse me dalam bahasa inggris diucapkan maaf permisi. Pardon me, maaf boleh di ulang kembali. I am sorry, saya mohon maaf. Please get me the tissue, maaf tolong ambilkan tisu.
Ini mungkin adalah budaya Indonesia. Tetapi apakah seringnya penggunaan kata maaf ini membuat maaf menjadi basa basi? Ketulusan yang mungkin akan terdilusi oleh seringnya penggunaan kata maaf.
Seorang boss berkebangsaan Jepang pernah bertanya kepada saya, mengapa seringkali dalam acara pamitan dengan kantor lama. Kita selalu meminta maaf. Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
Bahasa adalah cermin dari suatu budaya. Mungkin ini yang terjadi sebuah budaya yang cenderung malu-malu dan tidak tegas sehingga kata maaf sering muncul dalam percakapan.
Budaya yang sulit mengatakan tidak dan sulit menyatakan apa yang diinginkan. Apakah ini yang terjadi? Sehingga maaf menjadi  sebuah kata yang sangat umum dan menjadikannya sulit dimaknai sebagai sebuah ketulusan.
Tetapi di sisi lain mungkin ini adalah keunggulan budaya Indonesia yang menonjolkan sopan santun. Sehingga untuk meminta tolong atau ingin melewati orang lain perlu mengatakan maaf.
Sopan santun yang saya rasakan sangat terjaga di dalam dunia nyata dan terkadang lepas kontrol di dunia maya.
Makna maaf sendiri menurut saya adalah mengakui bahwa kita berbuat salah dan mungkin boleh dibilang akan berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Jika kita tidak salah, apakah perlu meminta maaf?
Kembali lagi ke diri kita masing-masing. Saya pribadi tetap akan menggunakan kata maaf dalam percakapan sehari hari. Namun dengan tujuan yang berbeda atau demi sopan santun.
Jikalau saya tidak salah saya tidak akan meminta maaf. Mungkin ini yang bisa menjadi pembedaan penyebutan kata maaf dan meminta maaf.