Artinya tidak perlu lagi menjual kepada pedagang jika harga sedang turun. Petani bisa menjualnya kepada koperasi dengan harga yang menguntungkan dan koperasi bisa menjual ke pasaran umum pada saat harga tinggi. Keuntungan juga akan dibagikan ke petani anggota koperasi.
Sekarang ini Nilai Tukar Petani masih sangat rendah hanya berkisar 100,65 (harian Kontan 2 Agustus 2017) sedangkan harga pangan cukup tinggi. Nilai diatas 100 berarti petani untung namun kelebihan 0,65 berarti keuntungannya tipis sekali. Dengan harga pangan yang tinggi, keuntungan tidaklah dirasakan oleh petani. Siapakah yang mengambil keuntungan?
Koperasi juga bisa digunakan untuk mematahkan lingkar kemiskinan di perkotaan. Misalnya dengan mendirikan koperasi simpan pinjam untuk melawan rentenir ataupun koperasi usaha seperti koperasi pertanian yang sesuai dengan usaha yang digeluti.
Salah satu kendala yang dihadapi untuk mengembangkan koperasi adalah masih kurangnya tenaga terdidik untuk mengelola koperasi. Bagi masyarakat miskin, makan saja susah bagaimana mau berpikir untuk pendidikan anak.
Tidak usah muluk-muluk mendirikan sekolah koperasi atau pertanian. Metode home schooling saya pikir bisa diterapkan. Kirim tenaga pendidik untuk melatih masyarakat tentang pengelolaan koperasi dan bagaimana mengelola pertanian secara modern. Balai desa bisa digunakan dan untuk prakteknya langsung di lahan pertanian desa tersebut. Ajarkan misalnya tentang penanaman organik yang memiliki  nilai jual lebih tinggi.
Jika ini sudah berhasil, barulah dijalankan program untuk memberikan pendidikan lanjut. Ilmu tentang koperasi dan pertanian saya pikir bisa menjadi jalan untuk meningkatkan taraf hidup petani.
Sudah saatnya berpikir untuk memberikan kail, bukan hanya ikan
Salam
Hanya sekadar berbagi