Mohon tunggu...
ronaldi noor
ronaldi noor Mohon Tunggu... -

Menulis dengan hati adalah wisata hati. Membaca dengan jiwa adalah perjalanan tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tour de Soerakarta Ngayogyakarta

16 November 2013   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:05 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanah Jawa. Orang-orang Belanda dulu menyebutnya Java. Sejak lama, pulau ini telah menjadi incaran orang-orang untuk bermukim dan mencari penghidupan. Entah magnet apa yang dipunyai nya, sehingga orang-orang eropa sampai anak-anak negeri ini berbondong-bondong mendatanginya. Dari dulu sampai sekarang. Banyak pusat-pusat kebudayaan di pulau ini yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa. Sebut saja Singosari, Majapahit dan Mataram kuno yang merupakan kerajaan-kerajaan awal di zaman hindu budha sampai dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Dua kerajaan besar ini berpusat di sekitar daerah jawa timur sekarang. Pada zaman Majapahit, konsep nusantara telah bergema. Sang patih Gaj Ahmada melalui sumpah palapa-nya berniat menyatukan pulau-pulau sekitarnya dalam satu kekuasaan. Sebut saja swarnadipa alias Andalas atau sekarang dikenal dengan Sumatera, kemudian Salabassy, Borneo, dan Al Mulk  serta beberapa kerajaan kecil di bagian timur.

Kemudian muncul kerajaan Mataram kuno yang berpusat di sekitaran jawa tengah sekarang. Mataram kuno inilah salah satu kerajaan Hindu yang mengalami masa transisi dari kepercayaan hindu ke agama Islam.  Seperti kita lihat, masa transisi itu berubah menjadi sebuah proses akulturasi. Bukan eliminasi kepercayaan lama yang kemudian diikuti dengan aplikasi kepercayaan baru secara penuh. Dan bukti-bukti perbauran ini secara kasat mata dapat kita lihat sampai sekarang.

@@@

Solo sore  itu masih panas. Musim kemarau semakin panjang saja. Bengawan solo seperti ular yang dehidrasi berhari-hari. Saya masih menunggu di lobbi. Eko-sahabat saya sejak SMA berjanji akan menjemput dan kami sama sama akan berangkat ke Jogja. Tiga hari di Solo, namun saya tidak bisa bertemu dengan 3 teman saya yang sedang menuntut ilmu di UNS ini. Mereka adalah calon calon ahli bedah tulang yang akan kembali ke kampung halaman. Niat awal berwisata di kota Solo bersama-sama terpaksa dibatalkan. Mereka pada sibuk, operasi bisa sampai malam dan pulang telah larut. Nasib jadi residen. Gak di padang, gak di jawa: sama saja.

Alangkah senangnya saya akhirnya bisa ke jogja dengan mobil dan punya teman perjalanan. Solo-jogja tidaklah jauh, lebih kurang 70 km. Dan saat mentari mulai tenggelam, lembayung jogja menyambut saya. Sepanjang jalan, konco saya ini tidak henti-henti memuji Jogja setinggi langit. Huu, mentang mentang dapat putri jawa dan sudah termakan gudeg jogja. Asal jan lupo jo randang dan jam gadang se.

Saatnya menikmati kehidupan malam Jogja! Malioboro jadi pilihan utama. Yap, inilah dia pedestrian dan kawasan yang terkenal di Jogja. Jalan Malioboroadalah nama salah satukawasan jalandari tiga jalan di Kota Yogyakartayang membentang dariTugu Yogyakartahingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dariJalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro danJalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan porosGaris Imajiner Kraton Yogyakarta.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan parapedagang kaki limayang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warunglesehandi malam hari yang menjual makanangudegkhas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya parasenimanyang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis,hapening art,pantomim, dan lain-lain di sepanjang jalan ini. Seperti malam itu, sambil menunggu kedatangan Taufik-teman saya yang juga gila traveling-sejarah-dan foto foto, kami mengitari malioboro sambil melihat lihat pajangan para pedagang. Di beberapa tempat, musisi jalanan menggelar happening art. Turis turis mancanegara juga banyak bersileweran di sekitar Jogja. Tempat ini tidak pernah mati, semakin malam semakin hidup.

basambuang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun