Mohon tunggu...
ronaldi noor
ronaldi noor Mohon Tunggu... -

Menulis dengan hati adalah wisata hati. Membaca dengan jiwa adalah perjalanan tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Eropa Membawa Cahaya

16 November 2013   20:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:05 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jarang-jarang saya salah membeli buku.

Seperti sore itu, gerimis tidak berhenti membasahi kota Padang. Dari malam sampai sore, hanya gelap dan basah. Kota padang benar-benar berselaput selimut hitam. Si mio saya lajukan menuju toko buku di jalan Pemuda itu, menerjang gerimis yang tak kunjung menjadi lebat.

Sudah cukup lama saya tidak menghabiskan waktu di toko buku. Kemana saja saya selama ini? O ya, sok sibuk dengan urusan keresidenan. Padahal sebenarnya, tidak ada yang namanya waktu luang. Yang ada, kita lah mestinya meluangkan waktu. Bingung? Saya juga..hehhe. ternyata tampilan toko buku ini sudah berubah, rak-raknya lebih bagus dan dibuat lebih tinggi. Tempat kasir juga berubah, susunan catalog juga diubah. Agaknya manajemen nya tahu bahwa orang mudah bosan dengan keadaan yang itu itu saja. Terkadang anti mainstream itu perlu, meski kini anti mainstream telah menjadi mainstream. Lihat saja televisi kita, sinetron-sinetron telah lama menjadi mainstream tontonan di prime time. Lalu datanglah sekelompok anak-anak muda membuat acara kreatif. Program komedi yang memadukan acting, budaya dan lawakan lawakan yang cukup cerdas. Awalnya dia adalah antimainstream dari sinetron-sinetron tak berguna itu. Lama-lama,semakin banyak yang meniru dan lawakannya sering jadi garing. Nah, di saat itulah sesuatu yang antimainstream telah menjadi maninstream sekarang. Dan begitu seterusnya acara televise yang sedikit sekali menawarkan acara yang mendidik, menambah pengetahuan namun tetap menghibur. Namun tak bisa dipungkiri juga masih ada beberapa acara yang menggabungkan edukasi dengan hiburan. Paling tidak acara-acara itu masih menjadi anti mainstream yang bermanfaat bagi penontonnya.

Ada beberapa judul buku yang menjadi incaran saya sore itu; 99 cahaya di langit eropa dan novel terbarunya Asma nadia. Baru saja saya melangkahkan kaki di lantai 2, mata saya langsung tertumbuk pada deretan buku bersampul hijau; Berjalan di atas Cahaya. 99 cahaya langit di eropa. Tanpa piker panjang, langsung saya ambil. Yup, saya menemukan buku yang benar; novel karya Hanum anaknya amien Rais. Sebentar lagi filmnya akan tayang dan yang membuat special lagi adalah ada Fatin di sana. Hehee.. setelah bertemu incaran pertama, berikutnya saya akan mencari novel Assalamualaikum, Beijing. Cukup sulit bagi saya menemukanya, sampai akhirya saya meminta tolong petugas di sana untuk mencarikan. Yap, finally I got both of them. Selanjutnya saya akan bertingkah seperti pengunjung lain, melihat buku-buku lain yang sudah telanjang. Hehe…hanya buku-buku yang sudah tidak berplastik yang bisa dibaca bukan?

Setiba di rumah barulah saya menyadari kedodolan saya sendiri. Ternyata buku yang saya beli itu bukanlah novel 99 cahaya di langit eropa. Buku bersampul hijau lembut itu adalah cerita perjalanan Hanum dan kawan-kawannya selama di eropa. Non fiksi. Bukan novel. Hahaaa. Sepenuhnya tidak salah saya juga, karena judulnya masih memakai kata-kata 99 cahaya di langit eropa. Lengkapnya : Berjalan di atas cahaya. 99 cahaya di langit eropa. Dngan taambahan best seller di atasnya. Bisa saja kan orang jadi salah duga? Sepertinya penerbit sengaja menempatkan judul novel itu untuk memberi nilai jual pada buku ini.

Dan saya benar-benar tidak menyesal telah ‘salah’ membeli buku ini. Buku ini berisikan kisah nyata perjalanan dan kehidupan 3 perempuan penulisnya di Eropa. Buku ini tidak sekedar buku travelling biasa, namun cerita-ceritanya mempunyai misi yang jelas: Islam di Eropa. Dari 3 pengarangnya, saya suka dengan gaya berceritanya Hanum. Mengalir dengan indah, mengajak saya berkeliling beberapa negara di Eropa: Austria, swiss, Rusia, Italia dan Spanyol. Mengunjungi pedesaan yang indah di Swiss, menikmati secangkir kopi di Restoran klasik di kota Vienna, atau menikmati keindahan St.Pettersburgh. kita benar-benar dibawa larut dalam keeksotisan eropa. Dan travelling gratis ini menjadi bermakna karena ada kisah-kisah inspiratif di tiap perjalanannya, yang membuat saya semakin yakin dengan agama ini dan betapa banyak sudut-sudut di belahan dunia lain yang masih haus akan islam.

Ada perempuan aceh yang menikah dengan laki-laki swiss, laki-laki itu telah menjadi muallaf. Mereka tinggal di desa yang indah. Jangan bandingkan desa di sana dengan desa di Indonesia. Desa di eropa lebih maju dan lebih teratur dengan kota di sini. Suami istri ini ternyata adalah produsen jam handmade swiss yang terkenal itu. Merk-merk seperti Rolex, Omega, Swatch yang biasa dipakai oleh politikus-politikus di tanah air karena harganya yang sangat mahal di buat di desa itu. Si perempuan masih mempertahankan jilbabnya, sebuah pertaruhan di Negara sekuler. Ditambah lagi mereka mempunyai anak kecil. Bagaimana mereka bisa mempertahankan keislaman? Mengajarkan islam pada anaknya, sedangkan lingkungan tempat tinggal adalah serba permisif dan anti tuhan.

Dari tokoh-tokoh nyata di buku ini kita akan belajar sangat banyak tentang arti sebuah agama, arti pertemanan dan rasa syukur bahwa kita lahir dan tinggal di Negara dengan penduduk mayoritas muslim. Masih banyak kisah-kisah inspiratif lainnya yang ditawarkan buku ini, sehingga tidak salah penulis mengatakan bahwa perjalanannya ke eropa membuatnya semaikin yakin untuk terus berjalan di atas cahaya.

NB: ada lagi yang membuat buku ini special: penulis menyertakan foto-foto selama di eropa dan banyak sisipan percakapan dalam bahasa Jerman dan Inggris. J

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun