Rainhard sedikit cemas, ketika dia menyetir menuju restoran yang dimaksud Rainbow, pada pembicaraan telepon tadi pagi. Malam ini terasa spesial, mungkin. Tak jauh dari Rainhard tinggal, dan dia tahu bahwa Restoran itu tak memiliki banyak pelanggan, bukan karena makanannya yang mahal, relatif, hanya saja tempatnya berada di ujung, beruntunglah Rainhard tinggal di dekat restoran itu.
Rupanya Rainbow sudah menunggunya dari tadi. Dia tahu bahwa itu Rainbow, karena dia telah melihat fotonya, ber-video call dengannya, dan dia adalah satu-satunya pelanggan di restoran itu, sekarang ada dirinya yang menemaninya.
Rainhard menyapanya dengan rama, lalu disusul dengan permintaan maaf. "Maaf, apakah kamu tadi menungguku lama?" Rainhard menyesal karena sudah membuat gadis itu menunggu sekitar setengh jam.
"Tak apa." Rainbow tertawa hangat, dia cantik hari ini, mengenakan dress sederhana bermotif bunga tersebar di seluruh sisi dress.Â
"Apa kamu sudah memesan sesuatu?" Rainhard membenarkan posisi duduknya sehingga dia bisa duduk dengan nyaman, mengambil buku menu dan membacanya.
Rainbow menggeleng dengan disusul senyum merekah. Rupanya Rainbow anaknya lebih pendiam daripada di telepon, ataupun video call.Â
Rainhard mengangkat tangannya, memanggil pelayan restoran, menyebutkan menu yang dipesannya.
"Lalu kamu?" Rainhard melemparkan pertanyaan tentang menu apa yang hendak dipesan oleh Rainbow. Mata Rainbow sedari tadi memutar memilih deretan menu yang ada.Â
"Kalikan dua saja dengan pesanananmu." Rainbow menyunggingkan senyumnya, dia tidak tahu harus memesan apa, di pertemuan pertamanya dengan Rainhard.
"Jadi..." Rainhard mengambil celemek yang ada di atas meja, membuka celemek itu lalu menaruhnya pada pahanya. Rainbow menunggu kata selanjutnya yang hendak keluar dari bibir Rainhard. "Ini adalah kencan pertama kita? Setelah sekian banyak telepon, video call dan chat yang sudah kita lakukan.
Rainbow memutar bola matanya. Tersenyum singkat. "Bisa jadi."