Mohon tunggu...
Ronald M Paung
Ronald M Paung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Be a wise

Just trying to be better

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duka di Bulan Mei

23 Mei 2016   09:33 Diperbarui: 23 Mei 2016   09:40 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan di malam Mei, begitu rusuh menghamburkan rindu

Tak sabar diderainya bumi, di kecup begitu basah..
Ia bergejolak..
Bumi tak rindu bersama kabut berlalu
Basah dan berlumpur membawa mati

Mei dalam sedih, dalam duka
Ada yg tercabut, menelan akar kehidupan
Kematian dekat mengendap-endap
Pahit, kemudian tangis bersenandung jauh
Keindahan nyata berkhianat
Pelukan bunda terlepas sudah

Ahh, dimanakah jiwa, khianat raga
Tak terbilang nafas telah berlalu
Masihkah dia harus hilang?
Dimanakah jejak itu saat berlalu..

Duka, benarkah engkau penuh dendam?
Kapan insan akan utuh kembali?
Hujan menceraikan jiwa..
Hujan menghentikan nafas..
Bersama bumi ia sekongkol

Bunda, maafkan pergiku tak berijin...
Dalam kabut kita bertemu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun