Mungkin Anda sedang bosan menelaah komunikasi politik pejabat-pejabat di TV. Jika demikian, nikmati saja tayangan-tayangan iklan, bahasanya tidak jauh berbeda dengan komunikasi politik. Mungkin lebih menghibur.
Para marketing ini antara kreatif atau ‘nakal’. Mereka berusaha mendapatkan peminat untuk produk yang ditawarkan dengan cara yang terkadang suka membuat pemirsa geli sendiri di rumah.
Lihat saja iklan minuman Aqub (nama samaran) dimana seseorang sedang berusaha menolong sekelompok orang jepang yang terjebak di lift, ia kemudian bertanya “Ada yang bisa ngomong Jepang..?” lalu seorang yang lain maju mendekati lift dan berteriak “Jepaang..”. Orang itu lalu mengatakan “Ada aqub..?”
Ada juga iklan minuman Sprait (nama samaran) dimana tiga orang calon murid Violin yang sedang diaudisi oleh guru yang cantik. Dua calon murid berusaha memainkan Violin masing-masing sebagus mungkin, dengan harapan di terima jadi murid sang guru cantik. Calon murid yang ke-tiga minum Sprait terlebih dahulu lalu karena memang tidak bisa main Violin, anak muda ini memainkan Violin-nya dan bersuara jelek. Kemudian guru cantik malah memberikan jam belajar lebih lama untuk calon murid ke-tiga.
Menarik..!
Sering juga bahasa iklan menimbulkan presepsi ganda.
Contohnya iklan Tolak Bala (nama samaran). Slogan yang mereka gunakan adalah “Orang Pintar Minum Tolak Bala..”. Anggapan masyarakat pasti berbeda, ada yang beli produk Tolak Bala supaya dikatakan pintar, ada juga yang kesal dan mengatakan “Orang pintar minum tolak bala, kalau gue ga minum, apa gue orang beg*..”.
Bahasa iklan yang ‘nakal’, humoris dan unik biasa kita lihat dan wajar. Tapi bagaimana jika iklan menampilkan hal yang kontradiktif antara produk dan yang ditampilkan?
Sebut saja iklan rokok U-ngemil (nama samaran). Pada video iklan ini ditampilkan olahraga Panjat Tebing. Rokok dan olahraga.
Yang lebih hebat iklan rokok Djuram (nama samaran), tidak hanya menampilkan aktifitas olahraga pada tayangannya, rokok Djuram juga mensponsori perhelatan-perhelatan olahraga seperti turnamen Sepak Bola dan Bulu Tangkis. Yang benar saja, setiap iklan rokok selalu didampingi label peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan, tapi mensponsori event olahraga..?
Itu tidak melanggar hukum. Meminta atlit olahraga menjual rokok tidak melanggar hukum di Indonesia.
Moral? Tidak mendidik? Ya sudah, tidak ada yang bisa kita lakukan selain membiarkannya.