Teknik metal scream itu memberikan penekanan di bagian larynx, tapi bukan berarti menekan tenggorokan dengan jari! Penekanan dilakukan dengan cara mendorong udara melalui pernapasan diafragma ke pita suara (cords) seraya menegangkan bagian larynx. Sehingga tegangan yang dialami tenggorokan masih bisa dikontrol dan menghasilkan suara distorsi di nada-nada tinggi.
Kasus lainnya, ada seorang juri yang mentolerir peserta untuk suara 'kecengklak'-nya. Ia membenarkan penyanyi jika bernyanyi sampai 'tersedak' di nada-nada tinggi, menurut juri tersebut: Keren!. Apa lagi ini bah?
Jika seseorang tersedak di nada-nada tinggi, itu berarti ia tidak mampu. Sebabnya beragam. Ada yang disebabkan karena supply napasnya tidak cukup banyak untuk mendorong pita suara; ada yang karena terlalu mengandalkan tenggorokannya (strained); ada yang karena ia tidak konsentrasi; ada yang karena memang range vokalnya berbeda; dll. Berbagai-bagai sebab. Jika dibiarkan, pita suara akan dapat teriritasi/meradang, pita suara akan sulit buka-tutup (bergetar) karena kelelahan dalam jangka waktu yang lama.
Hal-hal seperti itu harus diterangkan secara ilmiah, dan ada ilmunya: Teori Vokal.
Namun, teori vokal dengan pendekatan vocal science ini tidak begitu laku di Indonesia.
Masih terlalu banyak orang-orang yang asal bicara tanpa pengetahuan dan skill menganalisa vokal yang mumpuni. Kiranya tulisan ini dapat menginspirasi kita untuk menyadari bahwa: belajar itu penting!
Penulis adalah seorang komposer, guru musik dan founder dari komunitas AWS.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI