Mohon tunggu...
Fachruddin Zaenal Saleh
Fachruddin Zaenal Saleh Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Pegawai swasta yang hobi banget nulis, bekerja di salah satu Brand otomotif terbesar di Indonesia, suka banget nulis fiksi, opini, update berita olahraga terutama bola, teknologi otomotif dan admin tetap Official Website tentang salah satu Branch Main Dealer di Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mainan Saat Ayah Kecil

2 Maret 2016   23:02 Diperbarui: 2 Maret 2016   23:29 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Image : Kartu Bergambar"][/caption]Anakku bertanya padaku saat aku kecil dulu, apa mainan favoritku? Aku merasa sedang diwawancarai, aku jadi semangat untuk bercerita, dimana saat aku kecil dulu, banyak sekali jenis permainan saat itu. Aku dulu paling senang main gambaran. Aku memanggilnya gambaran karena terbuat dari kertas sejenis karton, bergambar tokoh atau cerita tertentu, berkotak-kotak, seperti persegi panjang dan digunting menjadi bagian-bagian kecil. Ada dua bagian, satu bagian bergambar dan berwarna serta satunya bagian yang tidak berwarna, biasanya bergambar rambu-rambu lalu lintas. Dimainkan bersama-sama, biasanya terdiri dari dua anak atau lebih, makin banyak makin seru, cara mainnya setiap anak memberi satu gambaran pilihannya yang disebut "gaco". 

Kemudian gaco itu dikumpulkan dan disebar ke atas, saat gambaran sampai di tanah, gaco yang jatuh dengan gambar yang berwarna itulah pemenangnya. Bila ada beberapa gaco yang jatuh dengan gambar yang berwarna, maka terus diulang ( disebar) sampai ditemukan hanya satu pemenang. Dan yang kalah harus menyerahkan sejumlah gambaran sesuai kesepakatan yang ditentukan kepada yang pemenang.

Permainan berikut yang aku ingat adalah permaianan karet gelang. Permainan juga dilakukan oleh beberapa anak. Masing masing anak menyerahkan sejumlah karet gelang, mulai dari lima sampai sepuluh buah. Kemudian karet dikumpulkan dan dililitkan pada sebilah lidi. Karet diletakkan diujung lidi. Kemudian lidi diletakkan di atas tanah, mulailah setiap anak secara bergantian menyentil ujung lidi satunya dengan kuku tangan sampai karet gelang bergerak mendekat ke arah ujung lidi tadi. Pemenangnya adalah yang bisa melepaskan karet tersebut dari lidi dan berhak atas sejumlah karet yang dililitkan tadi. Tentunya anak yang sentilan tangannya paling keras...he..he..he..

Aku juga aku senang sekali main kelereng, dulu aku menyebutnya sebagai Gundu. Sebenarnya banyak jenis dan tipe permainannya. Yang aku ingat dulu setiap peserta permainan menyerahkan masing-masing satu kelereng untuk dikumpulkan. Kelereng-kelereng itu diletakkan di dalam kaleng susu bekas. Kaleng susu tersebut diletakkan di tengah-tengah lingkaran di atas tanah. Kemudian dari jarak beberapa meter para peserta permainan secara bergantian melempari kaleng susu itu dengan batu, sampai di dapat pemenang. Yaitu peserta yang bisa tepat mengenai kaleng susu hingga jatuh terlempar keluar lingkaran. Pemenang berhak atas kelerengnya.

Anakku makin semangat mendengar cerita klasikku, ada juga permainan Galasin. Dikenal juga sebagai permainan Gobak Sodor, permainannya dilakukan di tanah lapang, dan di atas tanah dibuat  kotak-kotak seperti batas lapangan bulutangkis sebanyak enam bagian.  Seingatku kotak-kotak itu dibuat dari  abu sisa kayu bakar. Pesertanya dibagi dua grup, terdiri dari tiga sampai empat orang. Grup satu berjaga-jaga di atas garis tanda kotak yang dibuat tadi. Grup yang lainnya berusaha memasuki kotak dengan berlari dan mengecoh supaya tidak tersentuh / tertangkap badannya oleh grup yang berjaga. Bila ada salah seorang anggota saja yang tersentuh, maka dinyatakan kalah dan bergantian jaga. Tapi bila ada anggota grup yang berhasil melewati semua kotak-kotak tanpa tersentuh, maka grup tersebut dinyatakan sebagai pemenangnya.

Masih banyak sekali jenis permainan yang aku mainkan saat masih kecil, seperti : "pletokan", sejenis tembak-tembakan yang terbuat dari bambu, biji karet, dan lain-lain. Banyak pesan dan nilai yang didapat dari semua permainan itu. Yang jelas aku dilatih selalu bersosialisasi dengan teman sebayaku, memupuk persaudaraan, bekerja sama saling bahu membahu. Kami juga diajarkan untuk kuat dan tegar serta tidak mudah putus asa dalam segala hal. Tak lupa, kami juga dilatih untuk selalu jujur dalam semua perbuatan. Ceria dan Gembira tanpa adanya perbedaan.

Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun