Mohon tunggu...
Ronaldus Tarsan,S.Pd.
Ronaldus Tarsan,S.Pd. Mohon Tunggu... Wartawan -

The writer Ronaldus Tarsan,S.Pd was born on April, 15th 1991, Ngendeng, East Manggarai. He is the second child of Yohanes Ardi and Rofina Mila. He has four brothers. He entered in elementary school at SDI Wae Ruek in 1998 and finished in 2004, in the same year he continued his study at SMP St. Ludovikus Manggas in East Manggarai and finished 2007. After that, he continued his study at SMA Taman Siswa Makassar In 2007 and finished in 2010. In the same year he registered his name in school of Education of Ujung Pandang Foundation (YPUP) and he chose English Departement, he finished his study in August 2015. Organisation : Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Potret Buram Pendidikan Kita"

27 Februari 2015   05:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penulis : Ronaldus Tarsan Habe

Terlepas dari semua persoalan sistem pendidikan yang ada dipusat, namun yang paling penting untuk dikontrol juga persoalan para pendidik yang ada di instansi penddikan tertentu yang syarat mafia, pasalnya para pendidik sekarang membuat aturan yang tak mencerminkan dirinya sebagai teladan yang patut dicontoh oleh peserta didik, sebut saja aturan yang mengatasnamakan sekolah antara lain:

1.Terkait dengan membebankan uang jaminan kelulusan sebesar Rp. 350.000 di sekolah tertentu.

2.Kenaikan buku paket pelajaran tanpa mempertmbangkan aspek kondisi sosial yang ada di masyarakat.

3.Prosedural serta kriteria peserta ujian nasional yang carut-marut terjadi diberbagai sekolah baik di tngkatan SMP maupun ditingkatan SMA yang mengakibatkan beberapa siswa yang tak bisa melaluinya.

Dan masih banyak deretan persoalan lain yang menurut saya merupakan sebuah proses pembodohan yang sengaja dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif oleh penyelenggara pendidikan, nah dari segudang persoalan diatas diharapkan seluruh masyarakat khususnya orang tua wali harus mengetahui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah yang tidak pro dengan kepentingan masyarakat dan harus melakukan resistensi (perlawanan) terhadap perilaku mafia kelas kakap yang menyimpang tersebut.

Seyogianya bidang pendidikanlah yang memiliki peran penting bagi maju tidaknya suatu bangsa, ketika fakta empirisnya pendidikan dijadikan alat komersialisasi maka dengan sendirinya pendidikan itu menjadi sebuah hal yang utopia dalam memwujudkan tujuan pendidikan secara umum yaitu mencerdaskan.

Disamping itu, sebagai suatu solusi alternatif adalah menanamkan pendidikan nilai terhadap peserta didik, agar kelak anak didik bisa menjawab persoalan dimasa yang akan datang.Tidak dapat disangkal, masa depan dunia dan kehidupan ini terletak ditangan kaum muda. Pertanyaannya, bagaimana kaum muda dipersiapkan demi masa depan yang lebih baik ?

Bukti authentik menunjukan bahwa tidak sedikit generasi penerus dunia dan kehidupan ini terlibat dalam kekerasan tawuran, narkoba, dan pergaulan bebas. Ada apa dengan dunia pendidikan kita ? Adakah yang kurang ? Mana solusinya ?

Pendidikan nilai, pendidikan karakter, dapat menjadi sumber inspirasi bagaimana sebenarnya kaum muda dipersiapkan : nilai-nilai apa saja yang dibutuhkan kaum muda dan bagaimana nilai itu ditanamkan dalam diri mereka. Dengan melakukan pendidikan berkarakter kaum muda mendapatkan bekal, guna menyonsong masa depan yang lebih baik.

Ketika kita melihat lebih jauh sebenarnya persoalan bidang pendidikan hari ini adalah terletak pada bagaimana bentuk pembinaan yang menghasilkan peserta yang berkompeten, dan saya pikir ada tiga pembinaan yang urgen diimplementasikan yaitu :

1. Pembinaan Intelektual

2. Pembinaan Mental dan

3. Pembinaan Fisik

Nah ketiga bentuk pembinaan ini merupakan metode yang cukup efektif dalam memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan paradigma berpikir manusia, karena pembinaan ini menyentuh berbagai bentuk aspek vital karakteristik keseluruhan jiwa dan raga manusia itu sendiri dan akan menciptakan aufklarung (pencerahan) bagi pemikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun