Proyek adalah serangkaian tindakan yang bertujuan untuk membuat barang, layanan, atau hasil yang unik. Setiap proyek bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu proyek yang sangat gencar dilakukan di Indonesia adalah proyek konstruksi.
Jumlah proyek yang dilaksanakan di hampir setiap negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa sektor konstruksi saat ini dapat dikatakan mengalami perkembangan yang pesat. Dengan berkembangnya industri konstruksi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus menjadi prioritas utama. Konstruksi juga disebut sebagai industri dengan tingkat risiko kecelakaan tinggi dan juga industri dengan tingkat kecelakaan kerja tinggi. Ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti proses, peralatan yang digunakan, dan lingkungan konstruksi yang kompleks (Fairyo et al., 2018).
Penerapan K3 Konstruksi di lingkungan proyek merupakan upaya sistematis untuk menekan angka kecelakaan kerja dan mencapai target zero accident. Dengan adanya Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), keamanan dan kesehatan para pekerja di lokasi proyek konstruksi dapat dipantau dan ditingkatkan secara aktif. Hal ini sejalan dengan tanggung jawab utama Ahli K3 Konstruksi dalam mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko keselamatan di lingkungan kerja.
Syahrul, Ahli K3 yang terlibat dalam proyek pembangunan gedung serbaguna di Kampus C Universitas Airlangga, menjelaskan bahwa tugas seorang Ahli K3 Konstruksi mencakup pengawasan penggunaan alat pelindung diri (APD) para pekerja serta penyusunan laporan harian terkait kondisi keselamatan di lapangan.
Membangun budaya keselamatan kerja yang kuat dalam proyek konstruksi tidak hanya melibatkan penerapan prosedur dan peraturan, tetapi juga memerlukan perubahan pola pikir di kalangan semua pemangku kepentingan. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan merupakan aspek penting dalam menciptakan kesadaran akan keselamatan di tempat kerja. Melalui program pelatihan yang efektif, pekerja dapat memahami risiko yang terkait dengan tugas mereka dan cara-cara untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu, komunikasi yang terbuka antara manajemen dan pekerja juga sangat penting. Dengan menciptakan lingkungan di mana pekerja merasa nyaman untuk melaporkan masalah keselamatan tanpa takut akan konsekuensi negatif, perusahaan dapat lebih cepat mengidentifikasi dan mengatasi potensi bahaya.
Lebih jauh lagi, penghargaan terhadap kepatuhan K3 harus menjadi bagian dari budaya perusahaan. Pemberian insentif kepada tim atau individu yang menunjukkan komitmen tinggi terhadap keselamatan dapat mendorong perilaku positif di seluruh proyek. Dengan demikian, membangun budaya keselamatan bukan hanya tanggung jawab Ahli K3, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh anggota tim proyek. Hal ini sejalan dengan visi untuk mencapai zero accident di setiap proyek konstruksi, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif bagi semua pihak yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H