Mohon tunggu...
Rona Amala
Rona Amala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka kpop

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran kebudayaan lokal yang dikemas dalam suatu pagelaran pada kurikulum merdeka

21 Agustus 2024   08:20 Diperbarui: 21 Agustus 2024   08:21 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan Indonesia ini sedang berada di era modernisasi. Kemajuan di bidang teknologi saat ini sangatlah pesat, sehingga pendidikan juga harus bisa menyesuaikannya dengan kemajuan teknologi tersebut. Tak jarang, saat ini banyak instansi pendidikan yang menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran. Banyak sekolah yang menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran seperti tablet, proyektor, handphone, komputer, laptop ataupun alat-alat lainnya.

Teknologi saat ini memang sedang berkembang pesat, namun banyak juga dari kalangan anak-anak, remaja bahkan orang dewasa kurang mampu untuk memanfaatkan teknologi dengan baik. Harusnya semakin maju teknologi, pemikiran juga semakin maju, seperti bagaimana caranya agar kebudayaan atau kearifan lokal tidak hilang ditelan waktu seiring berkembangnya teknologi ini. Di instansi pendidikan, pembelajaran yang diadakan bisa dengan menambahkan kearifan lokal agar tetap terjaga. Apalagi pendidikan saat ini yang sering berganti kurikulum. Semakin susah untuk menanamkan kearifan lokal di instansi pendidikan. Terutama di sekolah-sekolah.

Saat ini yang saya ketahui tentang kurikulum pendidikan yang disekolah yakni kurikulum merdeka. Sebenarnya kurikulum ini bagus jika memang para pengajar mengetahui bagaimana untuk bisa mengintegrasikan kearifan lokal Indonesia di kurikulum tersebut. Di kurikulum ini ada satu kegiatan yang namanya P5. P5 yaitu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yaitu bagian integral dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan kompetensi siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Isi dari kegiatan P5 adalah gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, kewirausahaan dal lain sebagainya.

Banyak sekali sekolah yang mengadakan kegiatan P5 dengan nama gelar karya P5. Salah satunya tempat sekolah saya dulu yang berhasil mengimplementasikan kearifan lokal ditengah modernisasi ini. Ditempat saya sekolah dulu, sering kali mengadakan kegiatan gelar karya dengan tema kearifan lokal. Jadi setiap kelas menampilkan karya mereka yang dibuat sendiri, karya mereka biasanya membuat suatu ornamen budaya seperti, candi, rumah adat, dan lain sebagainya. Para siswa juga menampilkan tarian-tarian tradisional yang ada di Indonesia seperti tari remo, tari kecak, tari mojang priangan, dan lain sebagainya. Selain itu, para siswa pernah mempraktekkan suatu adat istiadat yang ada seperti nikahan adat Jawa, sedekah bumi, adat kasada dari daerah Tengger dan lain sebagainya. Pernah juga pada saat ujian praktek, sekolah saya mengadakan persembahan terakhir dari satu angkatan kelas 12 SMA dengan kegiatan sendratari yang berisi sebuah drama dan juga tarian. Drama yang ditampilkan yaitu drama yang mengadopsi dari suatu cerita yakni Sultan Agung. Kegiatan tersebut bukan hanya drama budaya saja, tapi ada juga beberapa tarian budaya yang ditampilkan oleh siswa kelas 12.

Memang tidak semua instansi pendidikan bisa mengadakan suatu kegiatan yang menampilkan kearifan lokal. Tetapi kearifan lokal bisa dilakukan di waktu pembelajaran seperti di kesenian. Dalam pembelajaran biasa, kesenian yang bisa dilakukan yaitu menggambar tentang sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kebudayaan, kesenian praktek tari, atau bisa juga diadakan kegiatan bernyanyi lagu adat di setiap pagi sebelum memulai pembelajaran. Instansi pendidikan bisa mengadakan suatu kegiatan membatik yang bisa membantu para pelajar mengetahui macam-macam motif atau jenis-jenis batik, sehingga para pelajar bisa melestarikan budaya lokal. Jika memang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan tersebut, bisa juga diadakan suatu jadwal untuk para pengajar, staf dan para pelajar menggunakan pakaian adat lokal setiap satu kali dalam satu bulan.

Sebenarnya kita tidak perlu mengkhawatirkan perubahan kurikulum atau kemajuan teknologi. Perubahan-perubahan itu bisa kita atasi jika kita bisa mengkreasikan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan suatu perubahan tersebut. Kurikulum merdeka ini bisa membuat para pelajar untuk menuangkan ide-ide dan kreatifitas mereka di kegiatan P5 itu. Sedangkan teknologi bisa digunakan untuk melihat, mencari, dan menyebarluaskan kegiatan kearifan atau budaya lokal yang ada di instansi pendidikan tersebut. Sehingga kearifan lokal bisa menyatu di pendidikan yang berada di era modernisasi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun