Mohon tunggu...
Rona Jesika
Rona Jesika Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Coba coba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bergerak

12 November 2020   13:56 Diperbarui: 12 November 2020   14:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Rani Jeski, bisa di panggil Ani, Rani atau apapun yang kalian mau, aku anak kedua dari dua bersaudara ya bisa di bilang aku ini anak bungsu. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana atau bisa di bilang berkecukupan. Sebelum aku menemukan kebahagiaan hidupku banyak hal-hal buruk dan menyedihkan yang ku hadapi, jika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupanku selalu indah maka mereka salah. Ada satu kepalsuan yang ku sembunyikan di balik senyumanku. Kalo di tanya mengapa aku menyembunyikan nya jawaban nya hanya satu, aku hanya ingin terlihat indah dihadapan semua orang tanpa harus tau kesedihan ku. Kebahagiaan itu butuh suatu proses dan aku menikmati proses itu.

Awal tahun 2007 aku didaftarkan oleh kedua orang tua ku untuk memasuki TK(Taman Kanak anak) Rani kecil sangat senang saat tau kalau aku akan bersekolah. Saat pertama kali masuk sekolah perasaan ku campur aduk antara senang, sedih, dan takut karena ini pertama kalinya aku bertemu dengan banyak anak-anak seusiaku. Saat upacara aku berkenalan dengan seorang wanita cantik seumuran dengan ku panggil saja ia Jasmin , Jasmin sangat cantik dan juga baik. Kami di sekolah sangat senang menghabiskan waktu bersama sama, bermain bersama. Tidak terasa kami di TK sudah satu tahun dan orang tua kami memutuskan untuk memindahkan kami ke sekolah dasar, namun aku dan Jasmin tidak satu sekolah lagi karena Jasmin harus ikut orang tua nya pindah dinas ke Luar Jawa. Rasanya sangat sedih sekali saat tau Jasmin pindah rumah sangat jauh, akhirnya aku menjadi anak yang pemurung dan cengeng.

Pada tahun 2008 aku memasuki SD(Sekolah Dasar) awalnya aku tidak mau sekolah karena aku belum bisa melupakan kenangan kenangan saat masih di TK, tetapi orang tuaku memaksa aku untuk sekolah katanya sih untuk menambah ilmu dan juga bisa memiliki banyak teman. Akhirnya aku mau untuk sekolah karena di iming-imingi punya banyak teman, ternyata bayangan itu salah di tahun pertama aku sekolah rasanya hampa sekali, aku tidak punya teman karena mereka menjauhiku karena aku anaknya cengeng, tidak mudah bergaul dan pendiam.

Di tahun kedua aku mulai merubah sikap karena aku mendapatkan pencerahan dari orangtuaku, katanya apabila aku tidak merubah sikapku maka sampai kapanpun aku tidak akan mempunyai teman. Aku mulai merubah sikap ku menjadi seorang anak gemuk yang ceria dan selalu tertawa, akhirnya dari situ aku mempunyai banyak teman. Dulu aku selalu diantar oleh ayahku kesekolah dengan menaiki sepeda motor yang ayahku punya saat itu, sebenarnya jarak antara rumah kesekolah itu tidak terlalu jauh tetapi aku anaknya yang malas untuk jalan akhirnya aku selalu di antar jemput oleh ayahku.

Kedekatan aku dengan ayahku bisa di bilang sangat dekat, bahkan mukaku persis seperti ayahku. kemana-mana selalu diantar oleh ayahku, kita sudah seperti sahabat selalu bertukar cerita,pergi jalan-jalan ke Taman Kota untuk membeli Es Krim yang di jual oleh kakek tua sambil melihat balon balon yang digenggam oleh anak-anak seumuran ku. Tetapi kesenangan itu tidak lama, pada tahun 2012 ayahku jatuh sakit sehingga setiap minggunya ia harus kontrol kerumah sakit. Semenjak itu kami sudah jarang lagi jalan-jalan berdua ke Taman Kota, kami berdua lebih sering menghabiskan waktu di rumah untuk bercerita,menonton acara televisi kesukaan kami, membeli jajanan kesukaan. Oh ya sekarang aku sudah kelas 6 yang artinya sebentar lagi aku memasuki SMP (Sekolah Menengah Pertama)

Pada tahun 2016 aku masuk SMP, aku sangat senang karena aku berhasil masuk sekolah yang aku inginkan. Berbeda dari tahun pertama aku di SD, di SMP aku memiliki cukup banyak teman-teman yang baik dan juga orang orang nya asik. Tetapi aku kurang bahagia karena semakin hari kesehatan ayahku semakin memburuk, aku sangat sedih tetapi aku tidak pernah menunjukkan kesedihan itu kepada siapapun karena aku tidak ingin membuat mereka ikut sedih. Pada tengah semester 1 ada tugas kelompok dari sekolah dimana aku kebagian untuk membeli buah-buahan, malam itu ayahku mengantarkan aku membeli buah-buahan untuk keesokan harinya praktek di sekolah.

Hari-hari seperti biasa ku lalui, hari Jum'at pagi aku berangkat sekolah tetapi tidak seperti biasanya, aku berangkat sekolah sendiri menggunakan ojek karena ayahku kondisinya semakin drop. Disekolah aku cemas, aku sedih aku tidak bisa fokus terhadap pelajaran karena di kepala ku hanya memikirkan ayahku aku hanya bisa berdoa kepada-nya untuk kesembuhan ayahku. Lagi lagi aku tidak menunjukkan kecemasan itu kepada teman teman ku, seolah-olah tidak terjadi apa-apa aku masih bisa tertawa dan bercanda bersama teman-teman ku.

Pulang sekolah pun tiba, sesampainya aku di rumah aku melihat ayahku kesakitan menahan rasa sakit nya. Sampai kakak ku pulang kuliah langsung membawa ayahku ke Rumah Sakit, tatapi aku tidak ikut ke rumah sakit karena aku harus menjaga rumah. Mamahku kemudian menelpon dan berkata bahwa ayahku masuk ke ruang ICU dan keadaan nya kritis, bagaikan Sambaran petir di siang hari disitu pikiranku kosong aku melamun, apa yang harus aku lakukan? Akhirnya aku mengambil air wudhu dan shalat lalu berdoa kepada-nya untuk kesembuhan ayahku. Tetapi Tuhan punya rencana sendiri tepat dihari yang sama,hari Jum'at malam pukul 23.05 ayahku meninggalkan aku, meninggalkan kita. Aku tidak dapat membendung air mata, saat itu aku merasa dunia sudah tidak ada artinya. Seseorang yang telah memberikan kebahagiaan telah meninggalkan aku, aku bingung harus bagaimana?.

Aku, Rani tidak ingin berlarut larut dalam kesedihan. Ditengah dingin nya malam ada seseorang yang berkata kepadaku "Rani Jeski dimana pun kamu berada, inget kata kata aku.Tarik nafas, hembuskan dengan angin dunia. Sejuklah aku yakin kamu pasti bisa". Dari situ aku mulai sadar aku harus keluar dari kesedihan ini aku masih memiliki seorang Ratu yang harus aku bahagiakan yaitu Ibuku. Aku tidak ingin melihat Ibuku ikut  bersedih saat melihat keadaanku. Dan dari sini aku kembali menjadi Rani yang ceria seperti dulu.

Hari-hari berlanjut aku senang sekali mempunyai keluarga,sahabat, teman-teman semua yang bisa membuatku tertawa bahagia, yang bisa membuat aku lupa tentang kesedihan yang membuat aku bisa ikhlas tentang semua masalalu. Aku sangat bersyukur. Mulai sekarang ayo kita membuka lembaran baru dan menutup buku lama dan di kenang di dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun