Sejarah atau hikayat baru bisa terlihat setelah masa perjalanan berlalu, pelaku sejarah mungkin tidak bisa turut membaca jika sejarah sudah menjadi buku, yang paling bisa membaca mungkin hanya anak, cucu atau bahkan cicit.
Draft tentang perjalanan Kangmas baru mulai disusun, yang sudah tergores dikertas putih : Kangmas telah terpilih dua kali secara langsung oleh rakyat untuk memimpin perjalanan bangsa.Tentu saja ini adalah record terbaru sampai saat ini, baru Kangmas yang bisa menjadi pemimpin bangsa dalam dua periode berturut-turut .
Sejarah tentu saja juga akan mencatat, peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika Kangmas ada dipuncak nomer satu negeri ini. Gelombang Tsunami di Aceh, Gempa Bumi di Bantul Yogyakarta, Gempa Padang, Erupsi Gunung Merapi, Banjir Wasior dan Tsunami di Mentawai. Semua bencana alam ini tentu saja kehendak ALLAH SWT, tetapi mengapa semua bencana alam besar ini terjadi saat Kangmas sedang memimpin ?Tetapi sudahlah, sejarahkan juga akan mencatat, bahwa beberapa saat setelah bencana datang, Kangmas langsung terbang ke lokasi bencana, jauh-jauh dari negara sahabat , tidak pulang dulu ke Jakarta tapi Kangmas menuju Mentawai, terhiburlah warga disana ? Bahkan ketika Gempa di Bantul dan Gunung Merapi meletus, Kangmas langsung ber-kantor di Yogya, ini sebuah catatan bahwa Kangmas ingin dekat dengan rakyat ?
Kangmas juga tercatat sebagai orang yang bijaksana. Bijaksana pertama, ketika ada pemilihan ketua KPK, ada dua calon, satu calon menang dan terpilih, tentu saja satu calon lagi ya kalah. Kemudian untuk calon yang tidak terpilih, Kangmas mengusulkan sebagai Ketua Komisi Kejaksaan, walau akhirnya yang dicalonkan menolak, tetapi ini tentu bisa dianggap bahwa Kangmas memang bijaksana.
Bijaksana kedua, Kangmas punya ide untuk memberi Handphone kepada semua TKI, konon kabarnya untuk memudahkan komunikasi kalau TKI punya masalah dengan majikannya. Wow ini benar-benar mengagumkan, baru kali ini ada pemimpin benar-benar memperhatikan pahlawan devisa dengan memberikan handpone satu persatu.
Catatan sejarah yang baik adalah catatan yang sebenarnya terjadi, bukan dibelokan. Sejarah juga akan mencatat ; ketika Kangmas memimpin banyak record terjadi. Bayangkan seorang pegawai negeri yang cuma golongan IIIA bisa punya kekayaan sebesar 25 milyard. Mungkinkah nanti record ini masuk record MURI ?
Masih banyak lagi catatan sejarah yang sudah bisa ditulis disebuah kertas putih yang kosong, ini tentu saja untuk yang telah terjadi sampai saat ini.
Pena yang ada juga siap berjalan untuk menorehkan tinta mengisi kertas putih terhadap sejarah yang akan datang.
Mungkinkah sejarah akan menulis bahwa Kangmas berhasil membuat sebuah satu propinsi punya dua Gubernur dan dua Wakil Gubernur ? Namanya sih memang beda, yang satu Gubernur Utama dan yang satu lagi Gubernur biasa, tetapi bagaimanapun juga ini “terobosan”, aneh tapi nyata.
Belajarlah dari sejarah, itulah bahasa kiasan yang disampaikan orang sepuh untuk kita yang muda-muda agar tidak terjeblos kedua kali.
Kita buka buku sejarah, beberapa tahun yl, seorang pemimpin bangsa mencoba menerapkan UUPA No.5 tahun 1960 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemimpin Bangsa ketika itu, adalah seorang Jenderal yang sudah banyak makan garam di medan pertempuran dan juga pakar strategi politik, tetapi akhirnya membatalkan niatnya karena Sang Raja dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat saat itu melakukan perlawanan dengan caranya sendiri yaitu menggelar“Pisowanan Ageng”.
Nah sekarang Kangmas mencoba membuat sejarah baru, Draft UU Keistimewaan Yogyakarta diajukan, isinya ada yang memerintahkan Sri Sultan dan Sri Paku Alam untuk membakukan tata cara penggantian Sri Sultan dan Sri Paku Alam. Masih banyak lagi dari isi draft yang isinya menentukan arah dari perjalanan “baru” Daerah Istimewa Yogyakarta dimasa depan. Tetapi draft UU itu mendapat perlawanan dari Rakyat Yogya, banyak yang bilang bahwa : “suara rakyat adalah suara Tuhan”.Pertanyaannya akankah Kangmas berhasil menorehkan sejarah baru ? Apakah Kangmas tahu artinya “kalah awu” ? Tidakkah Kangmas ingin belajar dari sejarah masalalu ?
Masihkah kurangkah catatan yang sudah ada menjadi catatan sejarah.
Alasan penulis menyebut beliau “Kangmas”, bahasa penghormatan bagi yang lebih tua disebabkan umur Kangmas dengan saya cuma berbeda 8 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H