Satu dekade atau dasa-warsa terdengar jauh dan lama sekali, dibandingkan dengan satu hari atau malah beberapa jam. Sepuluh plus satu tahun tercepat yang pernah kualami, hidup bersama Wikan Brisbana dalam satu ikatan perkawinan yang kudus. It was Februari 16, 2000; 16.02 WIB at Holy Family Church, Banteng, Yogyakarta. Tanpa terasa berpuluh kritik dan konflik terjadi, juga beratus sanjungan dan pujian tertuju, satu sama lain. Kekecewaan dan keputus asaan terjadi, juga harapan dan impian yang masih terus menari-nari di dalam kepala kita. Kebodohan dan ketidak tahuan yang berlaku, terbayarkan dengan saling mengisi dan berbagi, melengkapi. Tiada role-model yang layak ditiru melainkan melulu atas berkat dan lindungan Tuhan senantiasa, tak terhingga syukur kami padaNYA. Laksana kertas putih terhamparkan,penuh coretan, catatan kecil ini-itu, juga stempel dari sana-sini, tak luput pula hapusan corrector dan sudah pasti highlite memenuhi warna hidup kita.
Tak kan pernah balon hijau itu meletus, karena yang ada merah, kuning, kelabu, merah muda dan ungu.
Ijinkan aku, menyuarakan isi kepala nan tersalur melalui jemari lemahku, mengalir bagai jeram nan tak ingin berhenti mengetukkan karakter-karakter demi menyusun kata-kata ini; Terima Kasih, Bunda telah melengkapi 11 tahun hidupku. [caption id="attachment_90178" align="alignnone" width="580" caption="Just the Two of Us"][/caption] NotaBene: Mas Bhré, kami mencintaimu.. Muach!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H