Kerbau memanglah hewan yang terdengar biasa saja, namun bagaimana jika kerbau ini memiliki tanduk yang panjang, serta ia bermigrasi pada zaman glasial (zaman es) dari benua eropa hingga ke Bekasi. Hal ini bukanlah tanpa sebab, melainkan karena tuntutan yang harus dilakukan oleh para kawanan kerbau untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Kerbau ini bukanlah kerbau biasa, melainkan nenek moyang dari para kerbau, memiliki tanduk yang panjang serta telah hidup dari zaman glasial (zaman es). Lalu mengapa para kerbau ini bisa sampai ke Bekasi?
Para kawanan kerbau pada saat itu sedang dilanda kelaparan massal, karena sumber makanan mereka beku oleh es, sehingga sumber makanan pun berkurang hingga membuat mereka kelaparan, hal ini membuat mereka harus bermigrasi ke daerah yang lebih hangat, salah satunya adalah Indonesia. Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa, garis ini membuat iklim di Indonesia lebih hangat dibandingkan dengan tempat tinggal asal para kawanan kerbau.
Akhirnya setelah kawanan kerbau bermigrasi ke Indonesia, tepatnya bermigrasi ke jawa barat, mereka bisa kembali mendapatkan makanan yang banyak. Namun ternyata disaat yang bersamaan, es yang ada di dunia mencair, pencairan es ini tentu saja memengaruhi iklim yang ada, perubahan iklim ini membuat para kawanan kerbau tidak bisa bertahan hidup, ditambah lagi dengan iklim Indonesia yang memang sejak awal pun sudah tidak cocok dengan para kawanan kerbau. Para kawanan kerbau tidak bisa beradaptasi dengan iklim yang ada, pada akhirnya mereka mati di Bekasi.
Bertahun-tahun berlalu, fosil kerbau purba ini kemudian ditemukan di tempat terakhir para kerbau hidup, yaitu di Bekasi. Fosil ini ditemukan oleh para arkeolog dan para ilmuwan, fosil yang ditemukan adalah fosil tanduk kerbau dari salah satu kawanan kerbau yang hidup pada zaman glasial. Fosil ini berbentuk melengkung, pangkal tebal dan ujung lancip. Fosil ini ditemukan di Desa Sukadami, Kabupaten Bekasi dalam keadaan hampir membatu dan tidak utuh, bagian pangkal dan ujung tanduk sontak. Dilihat dari bentuknya, tanduk ini adalah tanduk kepala kerbau purba yang pernah hidup di Pulau Jawa sekitar 1,8 juta tahun pada masa plestosin akhir.
Fosil tanduk kerbau yang ditemukan kemudian dimuseumkan di Museum Sri Baduga yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Fosil tanduk kerbau ini dimuseumkan bersama dengan fosil tulang belakang paus biru, gigi geraham gajah stegodon, dan taring kuda nil yang dimana fosil-fosil ini juga hidup pada zaman glasial (zaman es) dan bermigrasi ke Indonesia, namun bedanya fosil lain bermigrasi ke daerah di luar Bekasi. Fosil tanduk kerbau ini akhirnya dimuseumkan dengan tujuan untuk menjaga nilai sejarah dari fosil itu sendiri.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tujuan fosil dimuseumkan adalah untuk menjaga nilai sejarahnya, dan dari sana pun kita tau bahwa fosil ini telah melewati banyak hal selama masih hidup serta memiliki kisah unik tesendiri di baliknya. Kita pun dapat belajar bahwa setiap sesuatu itu memiliki perjalanannya masing masing, baik itu sebuah fosil, hewan, bahkan manusia itu sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H