Mohon tunggu...
Romli mubarok
Romli mubarok Mohon Tunggu... Mahasiswa - rakyat kecil biasa dan tidak pintar menulis

Seorang mahasiswa dari sebuah kampus kecil di jawa tengah dan berasal dari keluarga yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Memang Berbeda dari yang Lain

29 Maret 2022   23:45 Diperbarui: 29 Maret 2022   23:53 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia merupakan mahluk sosial yang dikatakan tidak bisa hidup sendiri, setiap manusia pasti membutuhkan manusia lainnya untuk dapat bertahan hidup, dan manusia juga diciptakan dengan pemikiran dan jalannya masing-masing yang kemudian tidak bisa di sama ratakan baik tindakan perilaku atau pemikiran karena tuhan melalui ayatnya berkata bahwa “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” dari ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwa sudah sejatinya sebagai manusia kita harus menghargai perbedaan dan harus saling belajar dari segala perbedaan.

Aku hidup disebuah negera yang berisi banyak bangsa, berbeda dengan diluar sana yang hanya satu bangsa namun terpecah menjadi beberapa negara, disini setiap orang bebas menentukan jalan hidupnya sendiri tetapi kebebasan itu dibatasi dengan adanya norma-norma kehidupan, dari kecil aku diajarkan untuk menghargai orang lain dan belajar dari orang yang berbeda. Sehingga, pola pikirkupun berbeda dengan orang-orang disekelilingku aku belajar banyak dari segala sesuatu yang berbeda dan kemudian kuterapkan dalam hidupku yang menurutku membawa kebaikan untuk diriku.

Namun yang kuterapkan dalam kehidupanku membuat orang di sekelilingku merasa aneh atau menganggap sikapku tak wajar, kemudian akupun tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang memilih jalan menjadi seorang aktivis organisasi kampus dan kembali lagi karena pola pikirku yang berbeda dengan yang lain akupun dianggap aneh, banyak kawan yang menilai pemikiranku terlalu berlebihan kedepan namun argumen itu kulawan dengan argumen bukankah memiliki pemikiran yang maju kedepan atau visioner jauh lebih baik dimiliki oleh mahasiswa dari pada hanya miliki pemikiran yang senang bertahan pada zona nyaman.

Dan kemudian terpilihlah aku sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi dimana keputusanku menjadi penting sebagai landasan organisasi lain dibawah organisasi yang kupimpin, Dalam kepemimpinanku aku mencoba melakukan terobosan baru dengan mengubah kebiasaan lama yang membuat pikiran tidak berkembang menjadi kebiasaan baru yang bisa membuat pikiran berkembang dan kuanjarkan pula kepada kawan-kawan organisasiku bahwa jangan sampai kita terlalu nyaman dan bertahan di zona nyaman. Aku selalu mencoba menyelesaikan permasalahan atau menciptakan gagasan baru dengan menjunjung tinggi nilai-nilai akademis dan dengan metode bertengkar pikiran. Karena, sudah seharusnya dalam kehidupan kampus kita harus bersandar pada nilai-nilai akademis untuk memecahkan segala sesuatu permasalahan, Namun aku dianggap sebagai sosok pemimpin yang otoriter oleh segerombolan orang yang memiliki pemikiran yang pragmatis, padahal segala keputusan atau pemikiranku berdasarkan kebenaran yang kuyakini benar dari sisi akademis dan diafirmasi oleh kawan-kawan satu organisasi.

Hingga pada akhirnya selesailah masa jabatanku dan kini akupun hanya bisa melihat kenyataan bahwa adik-adikku ternyata masih bertahan di zona nyaman, minim sekali perdebatan yang muncul saat mereka sedang berkumpul, teringat perkataan salah satu idolaku yaitu rocky gerung “kampus adalah tempat untuk bertengkar, bertengkar gagasan dan ilmu pengetahuan melalui argumentasi perdebatan”. setiap perencaan yang mereka buat hanyalah memikirkan satu sudut pandang saja, hal ini berbeda dengan apa yang aku ajarkan bahwa menjadi aktivis organisasi haruslah mempunyai pemikiran yang kritis seperti memikirkan sesuatu dari seluruh sudut pandang yang ada, Seperti bapak menteri pendidikan (Nadiem Makarim) yang mengajarkan kebiasaan baru yang ada dalam kementrian pendidikan dimana setiap selesai membuat keputusan rapat maka semua peserta rapat harus memikirkan kebalikan dari keputusan rapat.

Melalui tulisan ini besar harapanku kepada kawan-kawan aktivis organisasi kampus bahwa sebagai aktivis organisasi kampus kita harus bisa menerima perbedaan baik itu sikap, pemikiran atau bahkan ideologi dan terus mengedepankan akal sehat atau nalar kritis karena didalam kampus kita sedang dipersiapkan untuk terjun kemasyrakat dan menjadi agent of change berdasarkan ilmu yang kita miliki dan semoga kita menjadi masa depan indonesia yang akan menjadi tulang punggung indonesia dapat membawa perubahan yang lebih baik serta kita akan menjadi bintang-bintang terbaik sesuai jalan kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun