Mohon tunggu...
Romi Yunani
Romi Yunani Mohon Tunggu... -

Saya tertarik untuk menulis berbagai hal, terkecuali POLITIK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rokok dan Gerbong Kereta

24 November 2010   06:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merokok, sebuah kata kerja dengan awalan me- pada kata benda rokok.

Penyebutan untuk subjek pelaku, cukup dengan mengganti awalan me- menjadi pe- bla…bla…bla

Kebetulan saya ketika kuliah tidak mengambil jurusan Sastra Indonesia, jadi saya tidak ingin membahas sebuah kata dengan antek-anteknya lebih jauh.

Rokok-merokok-perokok seperti rangkaian gerbong kereta. Rokok sebagai gerbong kereta, merokok sebagai laju kereta, dan perokok sebagai penumpang. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang bisa dipisahkan.

Rokok terbagi menjadi beberapa jenis tergantung pada kuantitas dan kualitas dari bahan rokok. Perbedaan kuantitas dan kualitas dari setiap rokok yang diproduksi, menghasilkan berbagai merk dengan taste atau cita rasa dan prestige tersendiri bagi penikmatnya. Taste atau cita rasa dan prestige berbanding lurus dengan harga.

Rokok menciptakan social class layaknya kereta kelas ekonomi, ekonomi AC, dan express.

Berbeda dengan gerbong kereta yang bermanfaat sebagai alat transportasi missal karena terjangkau dan bebas hambatan, meski di Indoneisa banyak terjadi kriminalitas di kereta, beberapa kali kereta mogok, rel kereta anjlok, dsb. Rokok justru lebih banyak mudharatnya. Ini bisa dilihat pada iklan rokok baik media cetak maupun elektronik.

Peraturan dibuat untuk dilanggar. Sudah tahu dilarang, tapi masih saja dilanggar. Larangan merokok gencar dikampanyekan dengan menebarkan dampak negatif merokok bagi si perokok, orang lain, dan lingkungan. Rokok sangat tidak sehat bagi fisik dan kantong si perokok. Dan kita perlu berbesar hati untuk membenarkan ‘lo ngisep gue yang mati’. Polusi udara, sampah lingkungan.

Masyarakat pada dasarnya sudah tahu, tapi tidak sadar. Jadi jangan heran kalau masih banyak yang merokok. Saya tidak ingin membenarkan rokok itu salah satu cara untuk menghilangkan stress. Itu hanya sugesti! Karena sudah terbiasa! Padahal kan banyak cara untuk menghilangkan stress. Tegantung bagaimana kita menyikapinya. Allah bisa karena biasa, jadi kenapa tidak membiasakan untuk tidak merokok?!

Seperti yang telah saya ungkapkan di awal. Rokok hanyalah sebuah benda layaknya gerbong kereta. Merokok seperti mengatur laju kereta, ada rambu-rambunya. Keberadaannya tercipta oleh manusia. Rokok dan gerbong kereta, meski banyak yang mencaci tapi tetap dicari.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun