Tiba-tiba Lin Lin bangkit dari duduk. Dia memegang egrang.
"Kenapa aku lupa dengan egrang ini. Bukankah kalau aku naik egrang, aku bisa lebih tinggi." Sambil tersenyum, Lin Lin memosisikan egrang untuk dinaiki.
Dan hup...Lin Lin pun dengan lincah naik egrang dan berjalan menuju buah apel yang bisa dijangkau. Lin Lin mengambil satu buah, kemudian meminta Sanwa menangkapnya. Satu...hup...dua..hup...tiga..empat. Â
"Cukup Lin Lin, empat saja. Jika terlalu banyak tidak termakan. Sayang buahnya. Biarkan binatang lain juga bisa menikmati apel itu." Teriak Sanwa.
"Siap bos!" jawab Lin Lin sambil turun dari egrang.
Mereka pun melahap buah apel yang manis dan segar itu.
"Alhamdulillah, dahaga kita terobati. Terima kasih ya Lin Lin, kamu hebat sekali."
"Aku bukan hebat, tapi berpikir saja bagaimana agar bisa mendapatkan apel itu."
"Lin, maukah kamu mengajariku bermain egrang. Aku ingin belajar." Sanwa meminta diajarkan bermain egrang. Wajah Lin Lin tampak gembira mendengar sahabatnya meminta diajarkan bermain egrang.
Kemudian Lin Lin pun membantu Sanwa belajar bermain egrang. Setelah satu jam, akhirnya Sanwa pun bisa bermain. Kebahagiaan Sanwa terpancar dari matanya. Kini Sanwa bisa melihat keindahan lebih jauh berkat semangat yang ditularkan Lin Lin.
Â