Dia bukan gadis biasa. Dia adalah seorang gadis yang terlahir dengan kebutuhan khusus. Suatu keadaanya yang dinilai oleh masyarakat kebanyakan sebagai kekurangan, tapi dia menunjukkan "sesuatu" yang ada pada dirinya, juga kepekaanya terhadap keadaan sekitar.
Sifatnya kadang temperamental. Dia akan panik luar biasa jika mendengar suara suara yang datang secara bersamaan memenuhi gendang telinganya. Mesin penjepit adalah pelarian baginya ketika menemui keadaan yang memberatkan jiwanya. Mesin yang berfungsi memberikan sensasi hangatnya pelukan yang khusus di rancangnya sendiri.
Ketertarikannya yang lain adalah pada dunia hewan. Dia mengambil peternakan sebagai ilmu yang akan di gelutinya di perguruan tinggi. Dia juga menulis untuk majalah majalah yang materinya tidak jauh dari apa yang digelitunya. Dan tulisannya mendapat apresiasi yang luar biasa. Dengan kelebihannya dia dapat mendengarkan dan membedakan lenguhan binatang ternak yang hendak di sembelih. Memperhatikan situasi yang bisa membuat nyaman binatang ternak. Membuat pola dan merancang sistim agar binatang ternak tidak menjadi strees ketika di giring ke penjagalan. Semua di rancang dengan sangat baik sehingga karyanya itu dianggap sebagai masterpiece.
Diakhir kisah dia berhasil menamatkan S2 nya dan kemudian menjadi guru yang memberikan motivasi besar bagi para penyandang autis lainnya.
Kisah seorang gadis autis di atas di adalah sebuah film yang saya tonton beberapa hari lalu ( hehe saya lupa judulnya). Kisah yang bagi saya sangat inspiratif dan memberi banyak perenungan.
Ada yang tidak dapat dilihat dari seorang anak manusia oleh manusia yang lain, tapi bisa ditunjukkan dan memberi banyak arti buat orang lain. Bahwa kekurangan tidak selamanya menjadi sebuah kekurangan. Selalu ada yang terselip dari suatu kejadian untuk di ambil pelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H