Sampah selalu menjadi momok dimanapun keberadaannya, tak terkecuali di Batam. Seribu ton sampah, setidaknya itulah menurut berita koran hati ini, belum lagi di tambah dengan jumlah sampah di dapur saya dan tumpakan sampah di depan masing masing rumah di kompleks perumahan tempat saya tinggal, yang belum juga di angkut.
Kontrak angkutnya sudah habis. Praktis sampah dari menjelang lebaran sampai hari ini teronggok menjadi pesta pora keluarga besar lalat dan tikus got. Selain menimbulkan pemandangan dan bau tidak sedap, sampah juga berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.
Sebagian warga ada yang berinisiatif membuang sampah rumah tangganya di jalan jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, hanya memindahkan masalah dan dapat menimbulkan masalah baru. Piala adipura yang menjadi lambang kebersihan dan pengelolaan lingkunganpun melayang sudah.
Lalu bagaimana dengan pengelolaan sampah agar dapat berguna dan menghasilkan nilai rupiah ? Hal tersebut pernah menjadi wacana di pemerintahan( yang saya baca dari koran). Sampah akan di olah menjadi biomassa yang kemudian di konversi menjadi energi listrik dan pupuk. Namun semua itu kandas dengan bubarnya kontrak kerja sama dengan investor. Entah apa sebabnya...
Hal sederhana yang bisa saya lakukan hanyalah mengikuti anjuran pemerintah tentang tata cara membuang sampah yang benar untuk memudahkan pengumpulan dan pengangutan sampah oleh petugas, dengan memasukkan sampah pada kantong plastik dan mengikatnya kuat kuat, agar tidak tercerai berai. Memisahkan sampah organik dan anorganik. Untuk sampah organik karena bisa di urai oleh tanah, saya menampungnya di "blumbang" ( lubang hasil galian tanah yang dibuat untuk membuang sampah- dulu di desa saya banyak, sekarang tidak lagi ) di pekarangan belakang rumah. Jika blumbang sudah penuh maka di timbun tanah dan di biarkan menjadi pupuk alam.
Masalah sampah memang tidak akan pernah selesai karena setiap manusia berpotensi untuk menghasilkan sampah, setiap harinya. Untuk mendapatkan keadaan seimbang di harapkan sampah itu hilang dari kita setiap harinya. Mari bersikap bijak untuk setiap sampah yang kita hasilkan.
Note : Dari beberapa sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H