Oleh: Romi Novriadi, S.Pd.Kim, M.Sc
Balai Perikanan Budidaya Laut Batam
Usaha budidaya ikan Kakap putih Lates calcarifer saat ini mulai menjadi salah satu daya tarik karena memiliki harga jual cukup tinggi dan waktu panen yang lebih cepat jika dibandingkan dengan beberapa komoditas ikan laut lainnya. Permintaan pasar tidak hanya terbatas dalam kondisi hidup, namun juga terbuka lebar untuk berbagai hasil pengolahan baik untuk pasar domestik maupun mancanegara, seperti Amerika Serikat dan Australia. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan produksi budidaya seiring dengan meningkatnya permintaan pasar tersebut adalah dengan meningkatkan jumlah produksi benih Kakap putih yang berkualitas.
Berbagai ujicoba dan penerapan perbaikan manajemen pemeiharaan untuk peningkatan produksi benih Kakap putih dimaksud telah dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, diantaranya adalah dengan menerapkan sistem resirkulasi untuk optimalisasi kualitas air media pemeliharaan, heat shock water treatment dan klorinasi yang terintegrasi dalam satu sistem pengelolaan.
Perbaikan manajemen pemeliharaan dimulai dengan sistem sterilisasi untuk media dan alat pemeliharaan. Sterilisasi media awal pemeliharan dilakukan dengan menggunakan klorin 25 pm selama 12 jam untuk menghasilkan air laut yang steril dan bebas kontaminan. Proses sterilisasi kemudian dilanjutkan dengan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat (Na2S2O3) dengan dosis yang sama (25 ppm) untuk menetralisir residu zat klorin yang mungkin masih tersisa dalam media pemeliharaan. Sebelum digunakan, analisa rutin air bebas klorin sangat direkomendasikan untuk memastikan bahwa air yang digunakan sepenuhnya telah bebas dari residu klorin tersebut. Sementara untuk peralatan, sterilisasi dilakukan dengan merendam seluruh peralatan pada air yang telah diberi larutan klorin dengan dosis 50 ppm selama 6 jam, kemudian dibilas hingga bersih.
Penebaran larva pada media air yang bebas kontaminan dilakukan dengan kepadatan 10-20 ekor per liter dan volume air pada masa awal pemeliharaan adalah 8 m3. Selama masa pemeliharaan, larva diberikan pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunakan adalah fitoplankton jenis Nannochloropsis oculata, zooplankton jenis Brachionus plicatilis / rotifera, dan naupli artemia. Skema pemberian pakan yang dilakukan oleh BPBL Batam untuk peningkatan produksi Kakap putih tersaji pada gambar berikut:
Pemberian pakan dengan jumlah dan kualitas yang baik akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan perkembangan larva. Oleh karena itu, BPBL batam menerapkan strategi pemberian pakan pada masa awal pemeliharaan dengan menggunakan Nannochloropsis oculata pada saat larva berumur D2-D15 dengan kepadatan 3-5 x 105 sel/ml. PemberianRotifera dilakukan pada saat larva berada pada fase D3-D20. Jumlah awal Rotifera yang diberikan sebanyak 5-10 indvidu/ml dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur larva. Pemberian Artemia dapat diberikan pada larva mulai umur D15. Jumlah awal Artemia yang diberikan adalah sebanyak 1 indvidu/ml dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur larva. Pakan buatan berupa pelet mulai diperkenalkan ke larvapada umur D14. Ukuran pakan pelet untuk larva ikan bervariasi mulai dari 200-800 µm disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan pelet dapat diberikan secara manual yaitu dengan menebarkannya sedikit demi sedikit dan secara langsung pada media pemeliharaan atau juga dapat dilakukan dengan menggunakan automatic feeder.
Perbaikan manajemen pemeliharaan larva kemudian dilakukan dengan pengamatan rutin kualitas air, khususnya untuk parameter yang sangat berpengaruh terhadap fisiologi benih Kakap putih. Pengamatan kualitas air secara langsung dilakukan untuk parameter pH, oksigen terlarut, suhu dan salinitas. Sementara untuk analisa laboratorium dilakukan untuk parameter Ammonia (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Posfat (PO4) dan kekeruhan. Seluruh hasil pengamatan menjadi salah satu acuan untuk tindakan pengendalian dan perbaikan kualitas media pemeliharaan. Disamping analisa rutin, aplikasi sistem resirkulasi dengan menerapkan filter mekanik, biologis dan kimia yang disertai dengan sistem Ultraviolet terbukti mampu mningkatkan produksi benih di BPBL Batam.
Perbaikan manajemen pemeliharaan lainnya yang konsisten diterapkan pada pemeliharaan larva (dan benih) ikan kakap putih di BPBL Batam adalah dengan menerapkan shocking temperature dengan penggunaan water heater guna menjaga suhu media pemeliharaan agar berada pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil pengamatan, larva dan benih ikan kakap putih selalu mengalami gangguan pertumbuhan bila suhu media air berada di bawah 30 0C selama 3 hari berturut-turut. Penggunaan water heater ini terbukti efektif untuk mengatasi kondisi stress akibat perubahan lingkungan dan meminimalisasi dampak serangan penyakit pada ikan melalui peningkatan sistem kekebalan tubuh.
Secara ekonomis, aplikasi berbagai perbaikan manajemen pemeliharaan ini sangat ekonomis karena secara nyata mampu meningkatkan tingkat kelulushidupan larva. Dengan perhitungan kasar mampu memberikan keuntungan 60 juta dengan pay back perio dapat diperoleh setelah 10 (sepuluh) bulan masa produksi.
Modal usaha
Modal usaha untuk hatcheri pendederan meliputi komponen sebagai berikut :
Modal Investasi
Rp.
Bak pemeliharaan + filter beratap
24.000.000
Pompa air laut
4.000.000
Pompa celup
1.500.000
Blower