Salah satu financial influencer di Indonesia saat ini sedang membuat polling di media sosialnya tentang sebuah kasus. Kasus tersebut bercerita tentang kegalauan seorang anak muda yang dilema berada di sebuah persimpangan antara nikmat-nikmatnya berinvestasi atau membantu orangtua yang sedang kesusahan.Â
Si anak muda ini kemudian mencoba bertanya mencari solusi kepada sang influencer apa yang harus ia lakukan.
Namun, ternyata sang influencer pun bingung harus menjawab apa karena menurutnya ini adalah urusan relationship, bukan finansial.
Tidak perlu berpikir terlalu panjang bagi saya, si "boomer", begitu panggilan akrab kaum milenial terhadap orang-orang yang berumur 40an tahun ke atas, untuk menyelesaikan masalah ini. Tanya nomor rekening dan langsung transfer berapa kebutuhan mereka. Atau datang langsung ke rumah mereka untuk menjenguk dan "menyetor langsung" sekaligus membawakan sebungkus martabak atau cemilan lain sebagai oleh-oleh.
Menurut hasil penelitian Pew Research Center yang dipublikasikan pada tahun 2013, hampir setengah dari penduduk Amerika membiayai keluarga dan sekaligus orangtuanya.
Orang-orang ini dinamakan sebagai sandwich generation. Penelitian dilakukan dengan sampel saat itu berumur 20-60 tahun, orang-orang "generasI X" hingga "Baby Boomer".Â
Seperti halnya sandwich, orang-orang ini dihimpit dengan kesulitan keuangan dari dua sisi, keluarga dan orangtua.
Sandwich generation adalah orang-orang yang hidup bersama atau menghidupi orangtua yang berumur minimal 65 fahun dan sekaligus anak yang berusia dibawah 18 tahun.Â
Sebagian besar dari mereka hidup pas-pasan namun mereka menganggap bahwa menghidupi orangtua mereka juga adalah sebuah tanggung jawab layaknya menghidupi anak mereka.
Dari data tersebut menyatakan bahwa ternyata lebih dari 80 % dari mereka senang dengan kehidupan mereka itu.
Juga, ketika dibandingkan dengan sampel orang-orang yang tidak membiayai orangtuanya, tingkat happiness sandwich generation tidak jauh berbeda dengannya.Â