Ini juga membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga sehat secara fisik, stabil secara emosional, dan terkoneksi secara sosial.
2. Integrasi Kurikulum
Poin kedua dari model pendidikan holistik adalah integrasi kurikulum yang menyeluruh. Dalam konteks ini, pendidikan holistik tidak memandang mata pelajaran sebagai entitas terpisah.
Tetapi ada upaya juga untuk menghubungkan dan mengintegrasikan kurikulum agar siswa dapat melihat hubungan dan relevansi antara berbagai topik.
Integrasi kurikulum yang menyeluruh melibatkan pengembangan pengalaman pembelajaran yang koheren dan terkait dengan kehidupan nyata siswa.
Misalnya, konsep-konsep dalam matematika dapat dihubungkan dengan aplikasinya dalam ilmu pengetahuan atau diintegrasikan dengan aspek seni untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan terkait.
Selain itu, pendidikan holistik menghindari pendekatan pembelajaran yang terpaku pada pembagian mata pelajaran yang terisolasi.
Guru diberi kebebasan untuk merancang pengalaman pembelajaran yang lebih luas dan relevan, mengidentifikasi keterkaitan antara berbagai topik dan membangun konteks yang lebih bermakna bagi siswa.
Model ini mendukung pengalaman belajar yang kontekstual dan menyeluruh, di mana siswa tidak hanya memahami fakta-fakta tetapi juga melihat gambaran besar dan keterkaitan antaride.
Integrasi kurikulum memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang lebih transferable, karena mereka melihat bagaimana pengetahuan dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
Dengan demikian, poin kedua ini menjelaskan pentingnya menyatukan berbagai aspek kurikulum, bukan hanya untuk memudahkan pemahaman, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih koheren, bermakna, dan relevan bagi siswa.