Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk sukses. Oleh karena itu, banyak orang yang memiliki cara tersendiri untuk menggapai kesuksesan tersebut. Salah satunya adalah saya, dimana saya memilih untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kuliah) sebagai awal dalam menggapai sebuah kesuksesan yang saya inginkan. Saya merupakan mahasiswa semester 2 jurusan manajemen, Fakultas Ekonomi yang memulai dunia  perkuliah di salah satu universitas kota Malang, Jawa Timur.
Setiap mahasiswa pasti pernah mengalami lika-liku dunia perkuliahan, mulai dari banyak tugas dengan deadline yang mepet, sibuk kumpulan dengan masing-masing organisasi, terlambat datang ke kampus, dan yang tidak kalah penting adalah memiliki dosen killer. Dimana dosen killer dinilai sebagai hambatan untuk bisa lulus tepat waktu bagi para mahasiswa. Karena, selain memiliki paras muka yang tidak enak untuk dipandang dan memiliki sifat disiplin yang sangat kuat, dosen killer juga dinilai pelit dalam memberikan nilai kepada para mahasiswanya.
Di balik dosen yang killer, mahasiswa juga pasti memiliki dosen populer. Dimana dosen populer ini merupakan dosen yang terkenal baik hati kepada mahasiswanya, selain itu, dosen populer dinilai nyaman saat menyampaikan pembelajaran. Sama halnya seperti yang saya alami akhir-akhir ini, dimana saya memiliki seorang dosen yang mengajar di mata kuliah Kewarganegaraan, beliau tidak lain adalah bapak Edi Purwanto,M.Si. Menurut saya ,beliau merupakan salah satu dosen yang banyak digemari oleh para mahasiswa di jurusan kami, sehingga banyak yang mengetahui beliau.
Saya mulai mengenal nama beliau ketika beranjak ke semester 2, dimana saat itu sedang trending dengan kegiatan Kartu Rencana Studi atau yang sering disebut KRS oleh kalangan para mahasiswa. Selain menentukan berapa banyak Satuan Kredit Semester (SKS) yang akan diambil, mahasiswa juga memiliki kebebasan untuk memilih dosen pengajar yang mereka inginkan.Â
Dalam memilih dosen pengajar di mata kuliah Kewarganegaraan, tentu kami bertanya-tanya tentang karakter masing-masing dosen, karena kami tidak ingin salah dalam menentukan sebuah pilihan. Banyak dari kaka tingkat, bahkan kerabat kami yang merekomendasikan untuk memilih Pak Edi. Oleh karena itu, saya memilih beliau sebagai dosen pengajar di mata kuliah Kewarganegaraan.
Ketika pertama kali saya diajar oleh beliau, saya dibuat heran olehnya. Karena beliau memasuki kelas tanpa membawa buku sama sekali, berbeda dengan dosen lainnya, yang setiap masuk kelas pasti membawa tas dan buku. Bahkan ketika pembelajaran pun beliau tidak pernah berpatokan kepada suatu buku sebagai rujukan, melainkan menjadikan wawasan sebagai rujukan dari pembelajaran. Sehingga apa yang dikatakan oleh beliau akan mudah di pahami oleh mahasiswa. Selain itu, beliau mengenakan pakaian dengan gaya yang tidak jauh berbeda dengan mahasiswa lainnya.
Menurut saya, beliau merupakan salah satu dosen yang memiliki kelainan. Kelainan disini memiliki arti bahwa dosen tersebut memiliki perbedaan dengan dosen pada umumnya. Perbedaan yang paling menonjol adalah dalam metode pembelajaran yang beliau terapkan.Â
Dalam setiap pembejalaran beliau mengutamakan interaksi antara dosen dengan mahasiswanya, karena beliau bukan tipe dosen yang seperti Khotib shalat jumat, dimana didalamnya tidak ada interaksi satu sama lain, yang kemudian hanya akan mendatangkan suasana bosan dan ngantuk dalam kelas. Oleh karena itu, beliau ingin semua mahasiswanya aktif memberikan pendapat dalam setiap pembelajaran.
Selama saya kuliah di Malang, baru kali ini saya menemukan seorang dosen yang seperti beliau. Dimana beliau selalu memberikan semangat, motivasi dan juga gombalan kepada mahasiswanya baik di kelas maupun sosial media, sehingga beliau akrab dengan semua mahasiswanya. Selain itu beliau bukanlah dosen yang sadis terhadap mahasiswanya yang setiap minggunya memberikan tugas tanpa rasa ampun.
Setahu saya, selain menjadi dosen, beliau juga merupakan salah satu anggota komisi informasi di Jawa Timur, sehingga wajar jika beliau sering tidak bisa datang untuk mengajar di kelas, bahkan beliau pun sering tidak datang pada acara rutinan para dosen. Dengan tidak bisa datangnya beliau untuk mengajar, bukan tandanya mahasiswa bebas keluar-masuk kelas begitu saja. Akan tetapi, beliau memberikan waktu luang tersebut untuk berdiskusi per kelompok, sehingga kegiatan belajar pun tetap berjalan dengan kondusif.
Harapan saya, semoga di semester berikutnya dapat menemukan dosen seperti beliau. Karena, beliau tidak hanya mengajarkan materi saja, melainkan juga memberikan motivasi dan semangat yang kemudian dapat mempengaruhi semangat belajar para mahasiswa.