Mohon tunggu...
Romi Iswandi
Romi Iswandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unsia

Mekanik Motor, Pelatih, YouTuber Amatir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial dan Pengaruhnya pada Kesehatan Mental

24 Mei 2022   21:23 Diperbarui: 24 Mei 2022   21:40 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berselancar menggunakan media sosial memang menyenangkan untuk mengusir kejenuhan, mencari hiburan sekaligus menemukan informasi terkini mengenai berbagai hal yang tengah trending dibelahan dunia, semuanya bisa dilakukan dengan mudah lewat berbagai platform media sosial yang terus berinovasi dan berevolusi memanjakan penggunanya. 

Berdasarkan laporan situs We Are Social (Hootsuite), pengguna internet di Indonesia saat ini telah menyentuh angka diatas 204 juta pengguna internet  per Januari 2022, dengan pengguna aktif media sosial berjumlah hingga 191,4 juta pengguna dan diperkirakan masih akan terus begerak naik dari total terdata 277,7 juta jiwa penduduk Indonesia. 

Angka yang cukup fantastis, dengan estimasi rata-rata penggunaan internet dalam satu hari selama 8 jam, dan untuk mengakses media sosial selama 3 hingga 4 jam setiap harinya.  Pertanyaanya adalah mengapa saat ini kecenderungan individu suka ber-medsos-ria selama itu setiap harinya..?

Dikutip dari Halodoc.com, Otak manusia memproduksi dua hormon yang dapat menghasilkan sensasi rasa bahagia yaitu Dopamin dan Oksitosin, kedua hormon tersebut akan dihasilkan ketika individu melakukan hal disukainya, salah satunya dengan mengakses media sosial, hormon ini dapat menimbulkan perasaan kecanduan, hingga efeknya bisa membuat orang merasakan keinginan untuk terus mencari sumber kebahagiaan. 

Dopamin sering dihasilkan ketika individu menerima informasi yang berisi sesuatu yang menyenangkan. 

Salah satunya adalah pujian yang sering terlihat di media sosial. Sedangkan hormon Oksitosin akan mengalir saat menerima stimulus tertentu. Misalnya pelukan dan ciuman. Ternyata sebuah penelitian menyebutkan bahwa pada sebagian kasus sering scrolling media sosial juga dapat meningkatkan produksi oksitosin di otak. 

Ketika hormon ini dihasilkan, orang merasa stress berkurang, lebih dicintai, dipercaya, dan berempati. Namun, kondisi ini tidak selalu terjadi seperti yang disebutkan, potensi efek kebalikan juga bisa datang dan justru akan menghasilkan depresi.  

Sebuah studi menunjukan penggunaan media sosial secara berlebihan ternyata dapat memberi dampak negatif yang cukup mengkhawatirkan yakni gangguan kesehatan dan mental. Saat ini, media sosial sering dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya depresi dan gangguan mental. Hubungan antara depresi dan media sosial bukan hanya tentang tekanan sosial untuk berbagi dan mengikuti berita terbaru. 

Munculnya kondisi mental ini juga dipicu oleh kecenderungan pengguna media sosial untuk membandingkan diri dengan pencapaian orang lain (self comparison). 

Bertemu pekerjaan yang baik, pasangan yang baik, serta teman dan kerabat yang memiliki rumah yang bagus juga bisa membuat seseorang  merasa bahagia. Namun, tidak jarang kecemburuan justru terjadi yang bisa menyebabkan depresi. Dan perasaan ini akan mengguncang harga diri individu tersebut seakan-akan hidup orang lain selalu lebih baik darinya,  merasa seolah-olah pencapaian diri tidak sebanding dengan pencapaian teman-temannya.

Jordyn Young dari University of Pennsylvania, AS, melakukan sebuah penelitian bahwa orang yang tidak menggunakan media sosial  cenderung lebih jarang mengalami depresi atau kesepian. Ia  menambahkan, pengurangan penggunaan media sosial dapat membawa perbaikan, terutama dalam hal kualitas kesejahteraan manusia.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun