Mohon tunggu...
Rumi Alfianor
Rumi Alfianor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Instagram: @rumialfianor

"Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." - Pram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Seorang Muslim yang Kaffah, Beriman dan Bertakwa

28 Januari 2024   07:24 Diperbarui: 28 Januari 2024   07:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ust. H. Muhammad Fauzi, pada kajian rutin usai menunaikan salat subuh berjamaah, Ahad (28/01/24) di Masjid Hasanuddin Madjedie, menukil sebuah artikel yang ditulis oleh seseorang yang berjudul, "Apa Bukti Kita Seorang Muslim?" Artikel yang sangat sederhana, akan tetapi menurut beliau, mengandung makna yang begitu fundamental.

Dari tulisan tersebut, ujar Ust. H. Muhammad Fauzi, ada tiga pokok dasar indikasi yang menunjukkan bahwa kita adalah seorang muslim yang benar, antara lain tolok ukurnya ialah keislaman kita, kedua keimanan kita, dan yang ketiga ketakwaan kita.

Berkenaan dengan keislaman, ujar beliau, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 208, yang terjemahnya sebagai berikut; "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara kaffah dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu."

"Artinya apa? Bahwasanya kita diperintahkan oleh Allah untuk mengikuti ajaran-Nya itu secara penuh. Tidak bisa mengambil sebagian ajaran Allah, sebagian ajaran yang lain. Sebagian saja dilarang oleh Allah, apalagi seluruhnya kita mengambil ajaran agama di luar ajaran Allah SWT," ujar Ust. H. Muhammad Fauzi.

Dalam firman yang lain, surah Ali Imran ayat 85, yang terjemahnya sebagai berikut; "Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi." Maka, melalui ayat tersebut, janganlah kita bermain-main dengan ajaran keislaman kita.

"Ketika kita dijadikan Allah SWT sebagai seorang muslim, maka keyakinan kita tentang kebenaran ajaran agama Allah, inilah yang menjadi landasan dasar kita untuk mengikuti perintah-Nya. Ketika Allah tegaskan dengan ayatnya tentang ajaran agama-Nya, maka di sana ada perintah, ada larangan, ada petunjuk, ada peringatan dan cerita-cerita yang mengandung ibrah (pelajaran) bagi kita oleh Allah SWT," sambung Ust. H. Muhammad Fauzi.

Lebih lanjut, dibahas pula indikator yang kedua setelah keislaman, yakni tentang keimanan. Karena, keimanan inilah, ujar  Ust. H. Muhammad Fauzi yang akan menjadikan kita nantinya pada akhirnya menempati antara dua tempat, yakni surga dan neraka. Tidaklah seseorang akan dimasukkan ke dalam surga kecuali orang tersebut dalam keadaan beriman kepada Allah SWT.

"Allah mengatakan iman itu adalah orang yang berserah diri kepada Tuhan mereka. Berserah dalam arti dia takut, tafsirnya, takut berbuat sesuatu yang melanggar ajaran agama Allah SWT, takut amal tidak diterima, takut dosa tidak diampuni, takut siksa dan takut nerakanya Allah. Maka itulah yang disebut dalam Al-Quran Surah Hud ayat 23 yaitu; "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya," terang beliau.

Kemudian yang ketiga, yakni ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam firman-Nya di surah Ali 'Imran ayat 102, Allah mengatakan; "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."

"Ketaqwaan ini ialah satu hal yang menjadi renungan kita bersama, bahwa tidak bisa kita mengaku beriman tanpa berbuat kebaikan. Nilai-nilai kebaikan itulah sebenarnya ekspresi dari sebuah ketakwaan. Misalnya kita bisa saja mengatakan diri kita seorang yang beriman, tapi tanpa mengerjakan salat, bukan benar keimanannya, bukan orang yang bertakwa." Papar Ust. H. Muhammad Fauzi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun