Tidak terasa, beberapa hari lagi kita akan sampai pada 'Hari Kemenangan," di mana tentunya seluruh umat Islam menyambutnya dengan kegembiraan dan rasa suka cita karena telah berhasil menahan hawa nafsu selama satu bulan lamanya.
Lebaran juga merupakan ajang silaturahmi, di mana sebagian besar dari kita akan bertemu dan berkumpul bersama sanak saudara untuk saling bermaaf-maafan. Tentunya menyenangkan, bukan?
Namun, semakin banyak sanak saudara yang berkumpul, biasanya akan berbanding lurus dengan banyaknya cecaran pertanyaan basa-basi. Muai dari pertanyaan yang biasa-biasa saja, sampai dengan pertanyaan yang bikin kita geleng-geleng kepala.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), basa-basi merupakan ungkapan yang digunakan untuk sopan santun. Sebagai negara yang dikenal ramah, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat hobi berbasa-basi sebagai representasi keramahan.
Namun, bagaimana jika basa-basi yang kita lontarkan kepada orang lain malah menyakiti hatinya? Alih-alih terlihat ramah, pada level ekstrem, malah berpotensi mengganggu kesehatan mental seseorang.
Seperti menanyakan, "Kerja apa sekarang?" bagi mereka yang sudah memiliki pekerjaan mungkin akan menjadi pertanyaan yang biasa-biasa saja. Namun, jika dilontarkan kepada mereka yang baru saja kena PHK karena pandemi ditambah tuntutan tanggung jawab istri dan anak yang masih kecil-kecil, tentu akan beda cerita.
Atau pertanyaan "Kapan punya anak?", bagi beberapa orang, mungkin pertanyaan tersebut biasa saja. Namun, bagai mana jika dilontarkan kepada mereka yang sudah menikah bertahun-tahun dan susah payah dengan segala cara berupaya untuk mendapat keturunan? Mungkin beda lagi tanggapannya.
Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya. Walau pun sebenarnya niat basa-basi kita hanya untuk bercanda atau sekadar mencari topik obrolan belaka, tetap saja tidak bisa dibenarkan kalau sudah menyakiti hati seseorang.
"Alaaah... Begitu saja kok sedih? Lemah banget," Nah! Ini dia. Hayo ngaku, siapa di sini yang sering bilang seperti ini. Menggeneralisir permasalahan, padahal setiap dari kita punya masalah dan level beban yang berbeda-beda. Diperlukan kesadaran bersama untuk saling menjaga kesehatan mental seseorang.
Bersumber dari data kasus bunuh diri Indonesia oleh Pusdatin Kemenkes RI, tercatat tidak kurang dari 789 kasus bunuh pada tahun 2017 yang dilaporkan kepada Kepolisian. Dengan fakta bahwa laki-laki 3x lipat cenderung meninggal karena bunuh diri jika dibandingkan dengan perempuan.