Ki Hadjar juga menyatakan terhadap anak-anak kecil cukuplah kita membiasakan mereka untuk bertingkah laku yang baik, sedangkan bagi anak-anak yang sudah dapat berfikir, seyogyanya diberikan keterangan-keterangan yang perlu, agar mereka dapat pengertian dan keinsyafan tentang kebaikan dan keburukan pada umumnya. Barang tentu perlu juga kepada anak-anak dewasa kita berikan anjuran-anjuran untuk melakukan pelbagai laku yang baik dengan cara disengaja. Dengan begitu maka syarat pendidikan budi pekerti yang dahulu biasa disebut metode menyadari, menginsyafi dan melakukan dapat terpenuhi.
Pendidikan  dan kebudayaan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Kebudayaan menurut Ki Hadjar Dewantara  sebagaimana dikutip Ki Sunarno Hadiwijoyo(2006) adalah buah budi dan hasil perjuangan hidup manusia. Sebagai buah budi manusia kebudayaan digolongkan menjadi tiga yaitu pertama, buah pikiran, seperti : ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan dan pengajaran, filsafat, dan sejenisnya.Â
Kedua, buah perasaan, yaitu segala yang bersifat indah, luhur, baik, benar, adil, seperti: adat istiadat (etika), seni (estetika), relegiusitas, dan sejenisnya. Ketiga, Buah kemauan, yaitu semua cara perbuatan dan usaha manusia, contohnya aturan, hukum, perundang undangan, tata cara, perdagangan, perindustrian, pertanian dan sejenisnya.
Menguatkan pendidikan artinya memajukan kebudayaan. Membangun kebudayaan adalah proses memajukan pendidikan. Inilah intisari dari ajaran Ki Hajar Dewantara dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya. Menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Budi pekerti inilah yang nanti menjadi pondasi dalam mencerdaskan anak bangsa. Â Cerdas tanpa landasan budi pekerti luhur adalah cerdas imitasi. Â Kecerdasan yang tidak akan memberi manfaat kepada lingkungan sekitar.
Dalam buku Menuju Manusia Merdeka (2009), Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa pemeliharaan kebudayaan harus bertujuan memajukan dan menyesuaikan kebudayaan dengan setiap pergantian alam dan zaman. Memasukkan kebudayaan lain yang tidak sesuai dengan alam dan zamannya merupakan pergantian kebudayaan yang menyalahi tuntunan kodrat dan masyarakatnya dan  hal ini membahayakan. Kemajuan kebudayaan harus berupa kelanjutan langsung dari kebudayaan nasional menuju kea rah kesatuan kebudayaan dunia dan tetap mempunyai sifat kepribadian dalam lingkungan kemanusiaan sedunia.