Mohon tunggu...
Romi Siswanto
Romi Siswanto Mohon Tunggu... Administrasi - Fungsional Perencana Muda Ditjen GTK Kemdikbud

Fungsional Perencana Muda Ditjen GTK/ Ketua IKA S3 MP UNY

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Pendidikan Tahun 2020 dan Mimpi 2021

31 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:09 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


REFLEKSI 2020
 
Corona Virus (Covid 19) yang datang dari Wuhan Cina merupakan wabah yang luar biasa dampaknya di seluruh Dunia. Di Indonesia dari pertengah Maret 2020 sampai dengan tulisan ini  ditulis (Desember 2020) kita masih mengalami pandemi tersebut. Segala aktifitas terhenti sementara karena Covid 19, mulai dari aktifitas ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Aktifitas berserikat dan aktifitas sosial pun dibatasi oleh pemerintah yang kita kenal dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau di dunia lebih dikenal  dengan istilah Lockdown.

Covid 19 di samping menjadi wabah pandemi yang menakutkan, pandemi ini juga menciptakan peradaban baru. Hal ini karena aktifitas sosial manusia dibatasi, sehingga mau tidak mau harus bertemu dengan dunia maya melalui sambungan internet.  Berbagai Pekerjaan yang selama ini dilakukan melalui tatap muka, dikarenakan adanya pembatasan sosial oleh pemerintah maka harus diselesaikan dengan cara online. Tak terkecuali pekerjaan dan atau pembelajaran di sekolah juga harus dapat diselesaikan/dituntaskan dengan cara online. Hasilnya efektif atau tidak tetap diselesaikan dengan cara online.

Salah satu aktifitas yang sangat menjadi perhatian masyarakat di tengah pandemi ini adalah bidang kesehatan. Masyarakat silih berganti harus menjalani serangkaian tes kesehatan terkait covid 19 seperti swab dan rapid test. Masyarakat yang terindikasi terjangkit covid 19 diwajibkan karantina di rumah atau di rumah sakit yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Seiring dengan pengetahuan tentang Covid 19, maka ada sedikit toleransi untuk melakukan aktifitas sosial dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat seperti Menjaga Jarak, Mencuci Tangan dan Memakai Masker. Bidang pendidikan di beberapa daerah sudah membolehkan melakukan aktifitas pembelajaran dengan protokol kesehatan yang ketat.

Kosep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan kombinasi antara tatap muka dan online/dalam jaringan. Ada beberapa penyelenggara pendidikan yang melakukan kesalahpaman dalam menerapkan PJJ dengan beranggapan bahwa PJJ adalah pembelajaran online. 

Akibatnya ada beberapa siswa yang secara ekonomi atau infrastruktur belum terkoneksi internet maka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara online. Seharusnya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran online mereka berhak mendapatkan materi yang sama dengan siswa yang melakukan pembelajaran online. Guru atau pihak sekolah dapat melakukan kunjungan ke rumah siswa (home visit) atau yang lebih populer dengan sebutan Guru Kunjung dalam melakukan pembelajaran.

Pengalaman saya sebagai orang tua dalam melakukan pembelajaran online (kebetulan kami bisa melakukan pembelajaran online), awal-awal pemberlakuan pembelajaran sangat menyenangkan untuk langsung mendampingi anak belajar dari rumah. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan telah kami lalui dengan perjuangan yang luar biasa. 

Kondisi orang tua saat ini baru menyadari betapa luar biasanya profesi seorang guru yang harus memahami pemikiran banyak anak. Apabila setiap kelas jumlah siswanya 20 orang maka bapak dan ibu guru dengan sabar mendampingi anak-anak tersebut untuk menuntaskan setiap materi pembelajarannya, dengan asumsi siswa dapat mengerti setiap materi yang disampaikan.

Keterbatasan kebanyakan orang tua tidak dibekali ilmu pedagogi, bagaimana cara mengajar yang baik, bagaimana mendampingi anak menyelesaikan materi dengan baik, karena orang tua keahliannya sangat beragam. Dua bulan terakhir ini merupakan titik jenuh terhadap pembelajaran online baik orang tua maupun anak-anaknya. Kami merasakan bahwa anak-anak merindukan teman-temannya, guru-gurunya dan lingkungan sekolahnya, kondisi ini terasa cukup berat kami rasakan sebagai orang tua

Pandemi Covid 19 ini, salah satu yang tidak kita sadari adalah anak-anak kembali ke madrasah pertamanya yaitu rumah. Kembali bertemu guru pertamanya yaitu ibu. Bagaimana anak-anak pertama kali belajar makan, belajar berbicara, belajar merangkak, belajar berjalan dan belajar segala hal bersama ibunya. 

Semua kejadian di atas adalah naluri seorang ibu yang diajarkan oleh orangtuanya terdahulu (kakek/nenek) atau dengan lingkungan itu sendiri. Namun untuk pembelajaran akademik tidak banyak orang tua yang dibekali ilmu pedagogi (Pedagogik adalah seni atau ilmu bagaimana menjadi seorang guru, dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan pengajaran), kecuali orangtua yang kuliah di jurusan Ilmu Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun