Pagelaran sepak bola selalu menarik perhatian masyarakat kita. Sudah dikenal dan masyhur bahwa suporter sepak bola Indonesia adalah suporter yang fanatik.
Mereka selalu hadir tatkala Timnas sepak bola Indonesia bertanding. Identitas-identitas bangsa tak lupa turut mereka hadirkan di stadion sebagai bentuk dukungan. Sayang, kefanatikan itu belum bisa terbayar penuh dengan belum pernah berlaganya Timnas Indonesia di Piala Dunia.
Dikumandangkannya "Indonesia Raya" di panggung Piala Dunia mungkin sangat dirindukan masyarakat Indonesia. Tahun 1938, darah-darah anak bangsa pernah tampil dalam perhelatan 4 tahunan. Nama Hindia-Belanda menaungi wakil-wakil bangsa dalam pertandingan melawan Hongaria di Piala Dunia Perancis ketika itu.
Nama Indonesia memang belum pernah berlaga di Piala Dunia. Tapi bukan berarti pecinta sepak bola kehilangan gairah untuk ikut memeriahkan pesta sepak bola dunia itu. Konser musik sebelum pertandingan semifinal yang diselenggarakan oleh stasiun televisi pemilik hak siar Piala Dunia menyedot penonton dalam jumlah besar.
Lapangan Sunburts, BSD City, Tangerang Selatan penuh dengan orang-orang yang ingin NoBar pertandingan semifinal. Musisi kondang Indonesia macam Kotak, Armada, Rossa, Once, Rizky Febian, Siti Badriah dan Wizzi dihadirkan untuk memeriahkan acara.
Keterlibatan musisi dalam pagelaran sepak bola bukanlah hal baru. Peran mereka selalu menyisip dalam setiap momen-momen penting sepak bola tak terkecuali Piala Dunia. Event akbar itu punya berbagai theme song pada setiap hajatan digelar. Lagu-lagu seperti Waka-Waka, We Are One, dan La Copa de La Vida pernah mewarnai Piala Dunia. Kini giliran Colors yang dinyanyikan Jason Derulo menghiasi Piala Dunia 2018 Rusia.
Hal serupa juga terjadi pada Timnas Inggris. Pertandingan kian berwarna setelah para Hooligan berteriak "It's coming home, it's coming home, it's coming Football's coming home" dari awal turnamen dan kian impresif setelah Inggris lolos grup. Bukan hal aneh bahwa masyarakat Inggris meneriakkan Footbal's Coming Home(sepak bola kembali ke rumah), karena secara resmi FIFA telah mensahihkan Inggris sebagai negara asal sepak bola.
Dikutip dari TIME, “It’s coming home” merupakan chorus dari lagu tahun 1996 milik The Lightning Seed, “Three Lions". Lagu ciptaan komedian David Baddiel dan Frank Skinner ini diluncurkan saat Inggris menggelar European Football Championship. Ajang yang menjadi hajatan sepak bola pertama Inggris setelah Piala Dunia 1966 atau terakhir kali skuad The Lions mengangkat trofi juara.
Kekalahan Inggris dari Kroasia di pertandinga semifinal kedua menunda pesta masyarakat Inggris terhadap kembalinya trofi Jules Rimet ke negeri yang diklaim sebagai negeri asal sepak bola itu. Inggris hanya akan memperebutkan kursi ke-3 dengan Belgia 14 juli nanti. Lalu bisakah Inggris menang, sebagai hadiah hiburan bagi fans, sekaligus membalas kekalahan di fase grup lalu?
Meski begitu Inggris telah menghibur penkmat sepak bola dunia dengan pendekatan permainan yang belum pernah mereka tampilkan di kompetisi-kompetisi sebelumnya. Sementara ulah suporter mereka yang meneriakkan football's coming home menjadi bahan yang selalu disebut oleh pembawa acara dalam penyiaran Piala Dunia di Indonesia.
Menarik untuk kemblai menyaksikan pertandingan Timna Inggris di kompetisi-kompetisi mendatang. Mungkin masih akan terdengar teriakan, "It's coming home, it's coming home, it's coming Football's coming home" oleh para Hooligan hingga Timnas Inggris benar-benar kembali juara di Piala Dunia.. Tapi tetap jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.