Tanggapan Atas Tulisan
“Debat HAM Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Berujung Pada Pelanggaran Hak Peserta”
Awalnya saya enggan berkomentar, bukan karena apa. Tapi saya berharap masalah ini selesai dengan sendirinya. Tanpa harus berkoar-koar, tanpa harus saling mementingkan ego masing-masing,tanpa harus saling mencela dan saling membenarkan diri sendiri. Tapi ternyata harapan demikian itu tidak membuahkan hasil, sebab yang bersangkutan masih menunjukkan kesombongannya. Dengan berbagai pertimbangan, yang salah satunya adalah masukan dari beberapa mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Saya akhirnya menulis tanggapan ini.
Saya menulis catatan ini sebagai hak jawab atas tulisan saudara Janwar Wely Husin dengan akun kompasiana Jawel Husin yang berjudul “Debat HAM Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Berujung Pada Pelanggaran Hak Peserta” yang dipublikasikan pada tanggal 21 Desember 2013.
Pertama. Saya akan menyampaikan bahwa judul tulisan tersebut sangat mendiskreditkan Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan tidak sesuai dengan fakta. Lomba Debat HAM ini yang sebenarnya adalah dilaksanakan oleh Social Movement Institute (SMI) dan KONTRAS, sedangkan posisi Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga adalah partner kerjasama kegiatan ini. Kami hanya menyediakan tempat pelaksanaan, dan Tropi Rektor UIN Sunan Kalijaga. Berkaitan dengan sistem, dan aturan main perdebatan semua dikonsep oleh pihak SMI. Jika pembaca membaca sepintas tulisan itu, maka pasti kesimpulan yang didapat adalah pelaksanaan debat ini dilakukan tunggal oleh Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Dengan ini, saudara Janwar Wely Husin dengan arogansinya menggiring kesadaran pembaca bahwa penyelenggaraan lomba debat ini adalah otoritas tunggal Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Jelas, disini ada penggiringan opini dan upaya pencemaran nama baik lembaga Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga.
Saya tidak tahu motif apa yang tersembunyi hingga saudara Janwar Wely Husin rela melakukan upaya pencemaran nama baik Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, yang jelas-jelas merupakan lembaga resmi kampus UIN Sunan Kalijaga, padahal ia juga mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang secara pasti memiliki rasa kepelikikan sama atas lembaga Senat Mahasiswa.
Kedua, tulisan saudara Janwar Wely Husin yang redaksinya “Kesewenang-wenangan panitia yang diamini oleh Kontras dan SMI ini adalah sebuah praktek kecurangan dan ketidakadilan yang bertentangan dengan apa yang menjadi tema dari lomba debat Ham itu sendiri. Setelah sehari berdebat tentang solusi yang terbaik untuk menyeret pelaku pelanggaran HAM di Indonesia, panitia sendiri bergabung dengan penjahat itu dengan tindakan tidak adil yang dilakukan mereka. Ketidakprofesionalan panitia sebenarnya telah dicium oleh dua tim dari Universitas Gajah Mada yang pada akhirnya mengundurkan diri karena melihat persiapan panitia yang meragukan,”
Dengan sangat arogannya, kami dituding sebagai segerombolan orang penjahat. Tiba-tiba, atas kejadian ini kami difonis dengan seenaknya. Ia tidak tahu atau pura-pura tidak tahu apa yang selama ini kami lakukan sebagai pengurus Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Sejak kami dilantik pada tanggal 01 Juli 2013, kami sebagai pengurus telah mendedikasikan waktu, tenaga, dan materi kami untuk mahasiwa UIN Sunan Kalijaga.
Kami membatu dua (2) mahasiswa baru angkatan 2013 untuk mendapat dispensasi pembayaran registrasi masuk karena ia tergolong mahasiswa miskin, selain itu 22 mahasiswa angkatan lama yang kesulitan membayar registrasi SPP, kami bantu mengadvokasi ke Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga untuk mendapat dispensasi waktu. Selain itu kami selalu konsisten mengawal kebijakan kampus UIN Sunan Kalijaga untuk tetap menjadi kampus yang murah, buktinya SPP tetap saja Rp. 600.000 ditengah gejala komersialisaasi pendidikan di Indonesia. Ingat. Ini tidak terjadi dengan sendirinya, ada peran organisasi mahasiswa yang mengawal. Belum lagi forum diskusi yang kami buat (Senat Mahasiswa Corner), sebuah forum diskusi untuk menciptakan iklim pengetahuan kritis di kampus, dan kegiatan-kegiatan edukatif yang kami lakukan lainnya. KAMI tidak mau sombong atas apa yang sudah kami lakukan, atau mengharap imbalan atas keringat gerakan yang sudah kami cucurkan. Tapi tidak seenaknya saja Janwar Wely Husin gara-gara kejadian ini menuduh kami sebagai gerombolan penjahat, ditengah aktifitas ia sendiri yang hanya mementingkan diri sendiri (kuliah dan kuliah).
Ketiga, dalam tulisannya ia menggiring opini pembaca bahwa seakan kami memaksa Tim Justicia untuk ikut berkompetisi dalam lomba debat ini, bahkan ia sampai membawa nama Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk melegitimasi pendapatnya bahwa kami tidak profesional. Mahasiswa UGM merasa tidak cocok atas lomba ini, jadi ia tidak ikut. Jadi, Jika memang dari awal ia dan tim merasa penyelenggaraan lomba debat ini tidak profesional dan tidak sesuai harapan, kenapa ia memaksakan diri ikut. Toh, kami tidak memaksanya untuk ikut. Artinya jelas, ia mencari pembenaran atas sikap yang ia lakukan.
Keeampat. Saudara Janwar Wely telah melakukan pembohongan publik dengan mengatakan tempat pelaksanaan kegiatan lombadebat ini SANGAT KOTOR. Jelas, ia telah melakukan pembohongan pada pembaca (publik), bahkan telah melakukan pembohongan yang merugikan UIN Sunan Kalijaga secara umum, dan secara khusus Fakultas Dakwah karena pelaksanaanya dilakukukan di Teatrikal Fakultas Dakwah. Saya sampaikan bahwa saya sendiri yang melakukan peminjaman ke Fakultas Dakwah, dan saya melihat sendiri sebelum pelaksanaan dimulai, petugas clining service membersihkan tempat tersebut dan ketika pelakasanaan debat berlangsung kondisi pendingin ruangan pun hidup. Saudara Janwar Wely yang juga mahasiswa UIN Sunan Kalijaga rela melakukan pembohongan berkaitan kondisi kampusnya hanya untuk kepentingan egonya. Sekali lagi, saya tidak tahumotif apa yang terselubung dibalik keinginannya.
Kelima, berkaitan dengan fakta pemaparan saudara Janwar Wely berkaiatan dengan problem penjurian, penilaian, dan penentuan pemenang, ini murni miskomunikasi yang terjadi di lapangan. Selesai acara lomba debat, saya komunikasi langsung dengan Mas Eko Prasetyo bahwa akan mengajak Janwar Wely dan Tim ke kantor SMI, dan mas Eko Prasetyo merespon positif untuk duduk bersama menyelesaikan masalah ini. Maka padatanggal 21 Desember 2013, pukul 13.03 WIB, saya sebagai Ketua Senat mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mengajak saudara Janwar Wely untuk bertemu dengan pihak SMI, ini bentuk pertanggung jawaban kami untuk memberikan penjelasan, dan penyelesaian secara kekeluargaan atas problem ini. Tapi apa, malah Janwar Wely sendiri yang menolak untuk ketemu dengan alasan sibuk tugas dan skripsi.
Artinya, kami tidak membiarkan situasi ini begitu saja tanpa ada tindak lanjut pasca acara, tetapi ia sendiri dan tim yang menolak untuk bertemu. Ia tidak menghargai upaya yang dilakukan oleh Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan Social Movement Institute (SMI) untuk menyelesaikan semua ini secara bijak, malah membuat tulisan naratif yang menyudutkan Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Lantas, jika kami disebut sebagai PENJAHAT, bagaimana saya harus menyebut saudara Janwar Wely dan tim yang sikapnya demikian?
Keenam, saya, Mas Eko Prasetyo, dan Mas Hariz Azhar dalam sambutan sudah menyampaikan bahwa Lomba Debat HAM ini tidak semata-mata loma debat semata seperti pada umumya, tetapi target utama adalah mengajak mahasiswa untuk terlibat dalam isu-isu HAM yang selama ini kurang banyak diminati oleh mahasiswa, bahkan andaian kami adalah mengajak peserta yang ikut debat mengkampanyekan tentang penuntasan kasus HAM yang tak kunjung usai di negeri ini. Sehingga sangat disayangkan jika tujuan utama ini dialihkan, bahkan dirusak gara-gara problem yang dibesar-besarkan oleh saudara Janwar Wely dan tim.
Ketujuh, penutup tulisan yang dilakukan oleh saudara Janwar Wely yang redaksinya “Kami masih percaya bahwa tindakan Senat Mahasiswa ini tidak mencerminkan karakteristik mahasiswa UIN Sunan Kalijaga pada umumnya, walaupun sebenarnya Senat juga adalah perwakilan dari mahasiswa,” Dari tulisan itu, ia telah berusaha mengkaburkan bahkan ingin menghapus peran pengurus Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang selama ini mengabdi untuk mahasiswa. Jika saya bertanya, kontribusi gerakan apa yang telah ia lakukan untuk mahasiswa UIN Sunan Kalijaga? Mari, melihat diri sendiri sesuai porsi?
Terakhir, saya menulis hak jawab ini sebagai upaya pelurusan atas problem ini yang sebenarnya, sebab tulisan saudara Janwar Wely sudah melakukan penggiringan opini yang tidak tepat, bahkan merusak nama baik Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang selama ini sudah berkeringat untuk mahasiswa. Gus Dur pernah berkata “Membesarkan diri sendiri tidak harus mengecilkan orang lain”. Besar harapan kami sebagai perwakilan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang berusaha untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan jelas dan obyektif, pihak Janwar Wely agar tidak membuat pengkaburan masalah yang sejatinya dapat diselesaikan dengan kepala dingin dan cara mahasiswa.
Andaikan para pemuda ini dapat berguru pada sikap pendiri bangsa ini dahulu. Soekarno, Hatta, Syahrir dan Tokoh lainnya tidak dipungkiri mereka saling berseteru, beradu pendapat dan tak jarang perselisihan terjadi. Namun mereka dengan kebesaran jiwa dan nalar intelektualnya mampu saling memahami, dapat berdialog secara elegan, penuh penghormatan satu sama lain tanpa arogansi sikap. Hal itu semua dilakukan dengan duduk bersama satu meja untuk mendapatkan pemecahan yang tidak saling menyakiti dan merendahkan. Padahal kita ketahui bersama yang mereka perdebatkan adalah hal-hal fundamental yang sangat mendasar dan inti, yakni dasar negara dan pembentukan negara-bangsa Indonesia.
Terakhir, saya mohon maaf kepada Mas Eko Prasetyo, Mas Hariz Azhar, dan para eks pengurus Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga atas problem ini. Saya yakin, ada hikmah dibalik semua ini. Semakin besar pohon, semakin kuat pula angin menerpa.
Romel Masykuri, Ketua Senat Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H