Mohon tunggu...
Taufiq Ahmad Romdoni
Taufiq Ahmad Romdoni Mohon Tunggu... Ilustrator - Pemikir

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Haruskah Perguruan Tinggi Dibuka Kembali Saat New Normal?

7 Juni 2020   06:52 Diperbarui: 7 Juni 2020   14:28 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswi eksakta (Sumber: www.pixabay,com)

Indonesia saat ini tengah menghadapi pandemi COVID-19 yang telah menelan ribuan penderita. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia namun juga berdampak pada hampir seluruh sektor kegiatan masyarakat. Salah satu sektor yang terdampak adalah sektor pendidikan yang mengharuskan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (online).

Mengingat virus corona sepertinya tidak akan hilang dalam waktu dekat, maka pemerintah mengumumkan agar "berdamai" dengan virus COVID-19. Kemudian muncul istilah "New Normal" atau beradaptasi dengan pola kehidupan yang baru di tengah ancaman COVID-19. 

Beberapa sektor perlahan mulai dibuka kembali diantaranya sektor perdagangan dan transportasi. Namun diantara sektor yang perlahan sudah dibuka kembali, sektor pendidikan menjadi sektor terakhir yang akan dibuka saat new normal ini.

Di tengah ketidakpastian kapan sektor pendidikan kembali dibuka, penulis ingin beropini dari sudut pandang perguruan tinggi khususnya mahasiswa eksakta. 

Seluruh kegiatan perkuliahan ketika masa pandemi dilakukan secara daring melalui berbagai media seperti WhatsApp group, Zoom, Google Class dan lainnya. Kegiatan itu termasuk kegiatan pengajaran yang seharusnya dilakukan di kelas, ujian, sidang tugas akhir dan kegiatan praktikum.

Kegiatan praktikum saya rasa merupakan kegiatan yang mutlak tidak bisa dilakukan secara daring terutama bagi mahasiswa eksakta yang membutuhkan uji-uji percobaan yang biasa dilakukan di laboratorium atau lapangan. 

Mahasiswa seperti Fakultas Kedokteran, Kimia, Pertanian, Peternakan, Farmasi, Biologi, Perikanan dan Kelautan adalah mahasiswa yang membutuhkan praktek secara langsung.

Ketika praktikum dilakukan secara daring maka ada transfer ilmu praktek yang tidak terserap secara optimal. Hal ini dikarenakan kegiatan praktikum meliputi pengambilan sampel, mengenali peralatan serta bahan-bahan yang dijadikan sampel suatu praktek. Oleh karena itu praktikum secara daring justru menimbulkan kesulitan dalam memahami proses metodologi percobaan oleh seorang praktikan.

Saya mewawancarai 2 orang asisten praktikum salah satu mata kuliah di jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Jenderal Soedirman, Angel Prasiska dan Yuli. 

Angel adalah asisten mata kuliah Manajemen Sumberdaya Perairan yang biasanya melakukan praktikum kunjungan ke salah satu tempat pengelolaan sumberdaya perairan. 

Kali ini praktikum cukup dilakukan secara daring. Data yang digunakan tidak diperoleh secara langsung, namun diperoleh dari data yang telah ada. Sementara itu Yuli seorang asisten praktikum mata kuliah Tata Ruang DAS dan Pesisir juga melakukan praktikum melalui google classroom. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun