Kegiatan manusia saat ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Kegiatan manusia di zaman modern saat ini dicirikan dengan masifnya produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi industri yang semakin meningkat membuat beban limbah yang dihasilkan juga semakin meningkat.Â
Salah satu contoh limbah yang paling banyak dihasilkan oleh kegiatan manusia adalah sampah plastik. Sampah plastik saat ini sudah menjadi isu besar di seluruh dunia yang perlu ditanggulangi tak terkecuali di Indonesia.Â
Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun, di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sebagian besar ekosistem laut sudah tercemari sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
Sampah plastik dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan terutama ekosistem laut. Plastik merupakan material anorganik yang sulit terdekomposisi secara alami. Penguraian material plastik membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu sekitar 100 tahun.Â
Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan material organik yang dapat diurai secara alami dan tidak membutuhkan waktu yang sangat lama. Akibat sulit terurainya bahan plastik di lautan maka sampah plastik akan terus menggenangi suatu perairan. Akibatnya sampah plastik akan mengurangi estetika sumberdaya laut.Â
Selanjutnya dampak yang ditimbulkan bagi organisme adalah kematian organisme lautan. Salah satu contohnya adalah kematian penyu, ikan paus dan ikan lainnya yang memakan plastik karena mengira bahwa plastik adalah mangsa mereka.Â
Selain itu material plastik yang terbawa dari daratan mengandung bahan toksik yang berbahaya. Apabila bahan toksik tersebut sampai pada ekosistem laut, maka dikhawatirkan akan menyebabkan organisme lautan terpapar bahan toksik.
Permasalahan sampah plastik yang memiliki dampak besar bagi lingkungan pada akhirnya perlu ditanggulangi secara menyeluruh. Upaya yang telah digalakkan saat ini untuk menanggulangi sampah plastik nampaknya belum begitu optimal.Â
Data World Economic Forum tahun 2016 menunjukkan bahwa dari seluruh plastik yang dihasilkan, hanya sekitar 2% yang didaur ulang secara efektif, 14% didaur ulang, 14% dibakar, 4% menumpuk di TPA dan 32% mengotori lingkungan.Â
Data tersebut menunjukkan bahwa upaya penanggulangan plastik masih menyisakan celah yang membuat sampah plastik masih tetap mencemari lingkungan.Â
Sampah yang didaur ulang efektif hanya sekitar 2% pada data tersebut menggambarkan bahwa pengelolaan sampah menjadi solusi yang perlu ditekankan.