Tiga hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari orang tua, pengasuh dan guru prasekolah adalah bagaimana mendorong anak untuk memiliki rasa altruisme, menahan diri untuk sifat agresi, dan mengatasi rasa takut yang sering muncul pada usia anak prasekolah (Papalia; 2015).
Perilaku prososial atau altruisme, yakni perilaku anak yang dilakukan anak karena ingin membantu atau memberi manfaat bagi orang lain dengan ikhlas tanpa mengharap balasan, meskipun perilaku yang dilakukannya beresiko bagi dirinya. Perilaku ini perlu dibiasakan dan diertahankan akar ia menjadi anak yang suka menolong dan tidak egois. Namun, hal ini juga perlu adanya perhatian dari pihak orang tua, pengasuh dan guru prasekolah, karena mereka merupakan model yang dijadikan contoh oleh anak-anak, yakni agar mereka memberi contoh kebiasaan yang baik, dan agar anak tidak sampai salah dalam melakukan altruisme, serta hendaknya mereka memberi pengarahan tentang mana yang perlu ditolong dan tidak, jangan sampai si anak menolong temannya untuk berbuat curang, melanggar dll. yang menyimpang dari norma. Misalnya, jika temannya tidak membawa pewarna ketika sekolah, hendaknya diarahkan agar anak meminjamkan sebagian miliknya yang sedang tidak ia gunakan; selain itu, jika ada anak kelasnya menyontek pekerjaannya, hendaknya ia melarang untuk menolongnya agar menimbulkan kebiasaan buruk (tidak mengerjakan tugas) bagi temannya tersebut.
Agresi, yakni suatu perilaku penyerangan. Diantara macam agresi: (1) Agresi Instrumental, yakni perilaku agresi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, seperti seorang anak yang merebut mainan anak lainnya, yang bukan bermaksud menyakiti atau lebih berkuasa dari temannya itu, agresi ini mungkin menjadi langkah yang diperlukan dalam erkembangan sosial; (2) Agresi Terbuka (langsung), perilaku agresi yang ditunjukkan langsung pada target, dan perilaku ini lebih agresif secara fisik ataupun verbal; (3) Agresi Relasi, ini sering muncul pada perempuan saat mereka mulai bertambah usia, jenis agresi ini lebih halus yang mana ditujukan untuk merusak atau ikut campur dalam hubungan orang lain, reputasi ataupun kesejahteraan psikologi, agresi ini bisa dilakukan melalui ejekan, menyebar rumor, pengucilan, dll. Adapun faktor yang mempengaruhi anak bertindak agresi adalah tingkat kontrol diri yang rendah; pengaruh genetis dan lingkungan, namun pengaruhnya berbeda pada tiap individu; cara pengasuhan; kombinasi dari rasa stres; dan budaya.
Ketakutan, ketakutan adalah hal yang wajar di usia anak-anak, seperti takut pada kecoa,anjing, dll. Terkadang ketakutan anak bisa timbul sebab penilaian terhadap bahaya, pengalamannya sendiri, cerita orang lain, ataupun melihat tayangan televisi. Namun, rasa takut itu bisa hilang seiring perkembangan kematangan dan konsep-konsep akan hal yang nyata dan imajiner. Dan sebaiknya anak jangan ditakut-takuti akan sesuatu agar ia tidak menjadi penakut, malah sebaiknya anak dilatih dan didorong untuk menjadi anak yang berani dan mengatakan bahwa mereka tidak menakutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H