"Gempa!...gempa!....."
Gelontoran  cairan langit mengoyak bukit-bukit gundul. Memotong-motong selapis demi selapis secara simultan. Efeknya muncul berupa suara yang mirip rentetan peluru kendali,  ditembakkan tak berkesudahan. Semua yang terhampar digulung, apapun itu.
Teriakan minta tolong mengapung sekejap. Diterjang longsoran tanah bercampur air memberi efek menakutkan. Bongkahan-bongkahan batu bermunculan, mengelinding melindas. Tubuh-tubuh terseok terhantam. Ketakutan melambatkan kesadaran memadamkan reaksi. Dalam sekejap semua tersapu rata. Keheningan kembali terperangkap. Semua telah menjadi padang Kurusetra. Para penambang dipukul binasa ditelan karma.
"Sebelum bencana itu datang, kami telah menyingkir. Beberapa hari sebelumnya, daya dengar kami menangkap sesuatu yang aneh dari dalam bumi. Ternyata itu jawabnya", ungkap celeng. "Butuh waktu lama untuk memulihkan hutan barat daya seperti semula. Untuk itulah kami disini"
Hujan mulai reda. Decit burung kembali berirama mengimbangi suara serangga. Kolaborasi makhluk semesta mempersembahkan orkestra hutan raya. Harmoni menyala merapat.
"Sebaiknya kamu disini saja", saran celeng, "Apa enaknya hidup dilingkungan manusia. Mereka adalah makhluk paling jahat dibumi. Perusak alur kehidupan dialampada. Egoisme dijadikan pedang demi peradaban. Tingkah polah mereka memberi kontribusi degradasi hutan kami. Belum pernah kami melihat kebaikan manusia secuilpun"
Anjing tidak menjawab. Kaki depan menggaruk-garuk moncongnya. Beberapa hari bersama gerombolan celeng memaksa dirinya beradaptasi soal makan dan gaya hidup. Keruyuk perut adalah alarm bahwa ada ruang kosong dalam lambungnya yang harus diisi. Umbi, umbi dan umbi menjejali lambung tanpa henti. Ufh.
"Sssstt, ada pergerakan". Diam serentak terkumpul pada satu titik gravitasi.
Lamat-lamat celoteh manusia terdengar. Dibalik jajaran pepohonan yang tegak mendongak, persinggungan tubuh mereka dengan isi hutan kian kentara. Kerosak karena injakan mendekati kumpulan para celeng.
"Coba arah sana", suara seseorang memecah jelas.
"Biasanya dibalik rerimbun", ucap yang lain.