Umbi itu digigit sedikit demi sedikit. Seleranya memberontak perutnya bergolak. Yah, daripada kelaparan, anjing mengunyah bongkahan umbi dengan gerahamnya. Ufh...
Hutan barat daya menjelma bukit-bukit gundul dengan lubang-lubang menembus kulit bumi. Sinar matahari dengan lugas memanggang tanpa halang rintang. Kegersangan terpeta jelas.
"Sejak bertumbangnya pepohonan, kubangan lumpur selalu menjadi hasrat kami untuk lebih sering berendam. Panas begitu menusuk, sungguh menyiksa. Kami tidak tahan. Apakah kamu juga merasakan?"
Bongkahan-bongkahan tanah diangkat dari kedalaman beberapa meter. Kepongahan manusia tidak terukur. Sepak terjang kian merajalela. Suar berantai ditangkap telinga berbuah propaganda hingga mampu mendatangkan lebih banyak gelombang demi gelombang manusia muda yang seharusnya tidak menjadi kelompok penambang. Mereka generasi yang sewajibnya melindungi hutan, tapi malah bersorak manakala setiap butiran-butiran emas tergenggam. Betapa naif, padahal bahaya mengintip setipis kulit ari.
***
Hujan mengguyur dengan ketebalan memuncak. Daun-daun berayunan ditimpa cairan langit. Pucuk-pucuk pohon sumringah atas berkah semesta. Beberapa hari berkumpul dengan kawanan celeng, anjing kian tahu kebiasaan genus ini.
"Berteduhlah", pinta celeng, "Kau tidak akan kuat digempur guyuran hujan. Beda dengan kami"
Anjing meringkuk, merapatkan tubuhnya pada lindungan kanopi tebal, tersusun dari ribuan daun lebar disulam juntaian akar purba. Sorot mata mengamati pesta kecil para celeng. Limpahan air dari langit merupakan anugerah paling hakiki. Diatas, guntur sahut menyahut meledakkan bunyi. Langit dirajai warna putih bersemburat kelabu. Tanda hujan akan berlangsung lama.
"Hujan adalah hukuman bagi para penambang", ungkap celeng melanjutkan ceritanya.
"Apa yang terjadi?". Anjing sangat antusias mengenai hutan barat daya.
"Bagi kami, hutan merupakan rumah besar. Mengambil secukupnya menikmati seadanya adalah falsafah para celeng". Hujan tambah deras, anak-anak celeng  bersuka ria. Saling seruduk, bergulingan diatas tanah yang berubah mirip adonan jenang.